Minggu, 23 Juni 2013

Istana Yang Di Tinggal Mati Firaun

Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha bin Nun: “Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?” Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan laut berada di depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa sampan. Apa yang harus kami perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran Firaun dan kaumnya?”

Nabi Musa menjawab: “Janganlah kamu khuatir dan cemas, perjalanan kami telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim itu.”

Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung yang besar. Di antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum Bani Israil menuju ke tepi timurnya.
 
Setelah mereka sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan selamat terlihatlah oleh mereka Firaun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang sudah terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas dan takut mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam pada itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti Firaun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena takdir Allah telah mendahului bahwa mrk akan menjadi bala tentera yang tenggelam.
http://asalasah.blogspot.com/2013/06/istana-yang-telah-di-tinggal-mati-firaun.html 
Berkatalah Firaun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air itu: “Lihat bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk mengejar orang-orang yang melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa mrk akan dpt melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mrk tidak mengetahui bahwa perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jgn lagi oleh manusia. Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang harus disembah olehmu?” Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya turunlah Firaun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah mengering itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Israil yang sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah yang telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Firaun dan bala tenteranya berada di tengah-tengah lautan yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya, tibalah perintah Allah dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi jalur jalan yang terbuka di mana Firaun dengan sombongnya sedang memimpin barisan tenteranya mengejar Musa dan Bani Israil. Terpendamlah mrk hidup-hidup di dalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup Firaun dan kaumnya untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah Firaun: “Aku percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Israil. Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai salah seorang muslim.”
Berfirmanlah Allah kepada Firaun yang sedang menghadapi sakaratul-maut: “Baru sekarangkah engkau berkata beriman kepada Musa dan berserah diri kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu dapat menyelamatkan engkau dari maut? Baru sekarangkah engkau sedar dan percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat, melakukan penindasan dan kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan berbuat-sewenang-wenang, merosak akhlak dan aqidah manusia-manusia yang berada di bawah kekuasaanmu. Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan menjadi pengajaran bagi orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan kekuasaan-Ku.”
Bani Israil pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan kematian Firaun. Mereka masih terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan oleh Firaun semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah manusia luar biasa lain drpd yang lain dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang masih melekat pd fikiran mrk menjadikan mereka tidak mahu percaya bahwa dengan tenggelamnya, Firaun sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa Firaun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk tentang Firaun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Firaun sebagai orang biasa telah mati tenggelam akibat pembalasan Allah atas perbuatannya, menentang kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta memperhambakan Bani Israil. Dan setelah melihat dengan mata kepala sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya terapung-apung di permukaan air, hilanglah segala tahayul mrk tentang Firaun dan kesaktiannya.
http://asalasah.blogspot.com/2013/06/istana-yang-telah-di-tinggal-mati-firaun.html
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Firaun yang terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet hingga utuh sampai sekarang, sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir. Dan foto foto yang kami tampilkan adalah foto foto Istana yang begitu dibanggakan dan ditinggalkan oleh Firaun dan para pembantunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aprudin, S.Pd.I

Foto saya
Medan, Sumatera Utara, Indonesia
"Banggalah pada dirimu sendiri, Meski ada yang tak menyukai. Kadang mereka membenci karena Mereka tak mampu menjadi seperti dirimu, dan bersyukurlah karena orang yang selalu menemukan alasan untuk bersyukur adalah orang yang jauh lebih kuat dari pada orang yang selalu mencari alasan ‘tuk mengeluh". ""el éxito siempre estará con nosotros"