Semakin dini kanker terdeteksi,
semakin besar angka harapan hidup pasien. Bahkan, pasien kanker kolorektal
dapat disembuhkan. Namun, di Indonesia, umumnya kasus kanker usus dan anus
diketahui pada stadium lanjut sehingga tingkat harapan hidupnya kecil.
Hal itu dikemukakan oleh dokter ahli kanker Noorwati dari Rumah Sakit Kanker Dharmais dan Aru Sudoyo dari FKUI/ RSCM yang dihubungi secara terpisah terkait acara penyerahan bantuan dari Hotel Four Season Jakarta kepada Yayasan Kanker Indonesia (YKI) untuk program Jakarta Run Against Cancer Everyone, di Jakarta, Rabu (7/3). Penyerahan bantuan itu terkait dengan peringatan bulan kesadaran kanker kolorektal.
Donasi sebesar Rp 500 juta itu, kata Ketua Umum YKI Nila Moeloek, akan dialokasikan untuk serangkaian kegiatan edukasi, deteksi dini, dan pemberian bantuan langsung kepada pasien kanker yang tidak mampu. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pap smear gratis sebagai deteksi dini kanker leher rahim.
Nila menyatakan, masyarakat Indonesia masih banyak yang memiliki pemahaman keliru, yaitu kanker adalah penyakit yang mematikan dan menakutkan. ”Sesungguhnya penderita kanker dapat bertahan hidup lama bila kanker terdeteksi dini dan segera diobati,” kata Nila.
Kanker kolorektal
Menurut Aru, selama ini pemeriksaan konvensional, seperti colok dubur dan tes darah samar, dapat mendeteksi kanker kolorektal. Namun, hal itu hanya bisa mendeteksi kanker pada stadium lanjut.
Hal senada dikemukakan oleh Noorwati. Menurut dia, colok dubur tidak bisa menjangkau bagian dalam usus. Oleh karena itu, di AS dikembangkan pemeriksaan menggunakan teropong.
Noorwati menekankan, kanker kolorektal perlu dideteksi secara dini. Bila telah stadium lanjut, penanganannya sulit. ”Bila diameter benjolan atau polip dalam usus besar sudah mencapai 1 cm, di dalamnya terdapat miliaran sel kanker,” katanya.
Polip biasanya tidak terdeteksi dalam waktu lama. Dalam kondisi tertentu, sel bisa berubah ganas, menjadi kanker dan menyebar ke bagian tubuh lain.
Aru menambahkan, kini diperkenalkan teknik pemeriksaan DNA yang dapat mendeteksi dini kanker kolorektal. Layanan ini telah ada di Indonesia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker kolorektal merupakan kasus terbanyak ketiga yang menimbulkan kematian melebihi angka kematian akibat kanker payudara.
Padahal, 50 persen angka kematian kanker kolorektal dapat dicegah. Di Indonesia, 30 persen dari jumlah kanker usus terjadi dalam usia produktif. Sebagian besar (60 persen) dialami oleh pasien pria. (YUN)
Hal itu dikemukakan oleh dokter ahli kanker Noorwati dari Rumah Sakit Kanker Dharmais dan Aru Sudoyo dari FKUI/ RSCM yang dihubungi secara terpisah terkait acara penyerahan bantuan dari Hotel Four Season Jakarta kepada Yayasan Kanker Indonesia (YKI) untuk program Jakarta Run Against Cancer Everyone, di Jakarta, Rabu (7/3). Penyerahan bantuan itu terkait dengan peringatan bulan kesadaran kanker kolorektal.
Donasi sebesar Rp 500 juta itu, kata Ketua Umum YKI Nila Moeloek, akan dialokasikan untuk serangkaian kegiatan edukasi, deteksi dini, dan pemberian bantuan langsung kepada pasien kanker yang tidak mampu. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pap smear gratis sebagai deteksi dini kanker leher rahim.
Nila menyatakan, masyarakat Indonesia masih banyak yang memiliki pemahaman keliru, yaitu kanker adalah penyakit yang mematikan dan menakutkan. ”Sesungguhnya penderita kanker dapat bertahan hidup lama bila kanker terdeteksi dini dan segera diobati,” kata Nila.
Kanker kolorektal
Menurut Aru, selama ini pemeriksaan konvensional, seperti colok dubur dan tes darah samar, dapat mendeteksi kanker kolorektal. Namun, hal itu hanya bisa mendeteksi kanker pada stadium lanjut.
Hal senada dikemukakan oleh Noorwati. Menurut dia, colok dubur tidak bisa menjangkau bagian dalam usus. Oleh karena itu, di AS dikembangkan pemeriksaan menggunakan teropong.
Noorwati menekankan, kanker kolorektal perlu dideteksi secara dini. Bila telah stadium lanjut, penanganannya sulit. ”Bila diameter benjolan atau polip dalam usus besar sudah mencapai 1 cm, di dalamnya terdapat miliaran sel kanker,” katanya.
Polip biasanya tidak terdeteksi dalam waktu lama. Dalam kondisi tertentu, sel bisa berubah ganas, menjadi kanker dan menyebar ke bagian tubuh lain.
Aru menambahkan, kini diperkenalkan teknik pemeriksaan DNA yang dapat mendeteksi dini kanker kolorektal. Layanan ini telah ada di Indonesia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker kolorektal merupakan kasus terbanyak ketiga yang menimbulkan kematian melebihi angka kematian akibat kanker payudara.
Padahal, 50 persen angka kematian kanker kolorektal dapat dicegah. Di Indonesia, 30 persen dari jumlah kanker usus terjadi dalam usia produktif. Sebagian besar (60 persen) dialami oleh pasien pria. (YUN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar