Anak-anak yang lahir dari ibu yang sensitif terhadap gluten mungkin
berisiko lebih tinggi terhadap skizofrenia atau penyakit kejiwaan
lainnya di kemudian hari. Gluten adalah sejenis protein yang terkandung
dalam sereal, pati dan gandum.
Penyebab pasti dari penyakit skizofrenia belum diketahui. Kelainan ini diyakini muncul dari interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Faktor risiko yang diketahui termasuk usia ayah, paparan virus atau zat beracun di dalam rahim, obat psikoaktif yang digunakan selama remaja dan stres yang ekstrim.
Sebuah studi yang dilakukan peneliti dari Karolinska Institute dan Johns Hopkins Children's Center yang diterbitkan di American Journal of Psychiatry menekankan bahwa penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa sensitivitas gluten menyebabkan skizofrenia, tetapi ada kaitannya.
"Penelitian ini tidak hanya menggarisbawahi pentingnya gizi ibu selama kehamilan dan akibat seumur hidup pada keturunannya, tetapi juga menunjukkan salah satu cara murah dan mudah untuk mengurangi risiko jika telah ditemukan bukti lebih lanjut bahwa sensitivitas gluten memperburuk kondisi bayi," kata Hakan Karlsson, salah seorang peneliti seperti dilansir neturalnews, Selasa (22/5/2012).
Peneliti menganalisis sampel darah neonatal dan catatan kelahiran dari 764 orang yang lahir di Swedia antara tahun 1975 dan 1985. Sebanyak 211 orang ternyata mengembangkan skizofrenia atau penyakit kejiwaan.
Kemudian penelitian dilakukan dengan menguji sampel darah untuk mengetahui antibodi IgG dalam tubuh, yaitu sistem kekebalan tubuh yang merespon susu atau alergi gandum. Karena antibodi ibu melewati plasenta selama kehamilan untuk memberikan kekebalan pada bayi, peningkatan IgG pada bayi yang baru lahir adalah bukti kepekaan protein pada ibu.
Sementara para peneliti tidak menemukan peningkatan risiko skizofrenia pada anak dengan ibu yang alergi terhadap susu. Tetapi anak-anak yang terkena antibodi gluten dalam rahim hampir dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan gangguan kejiwaan di kemudian hari.
"Gaya hidup dan gen bukan satu-satunya faktor risiko terhadap penyakit, faktor-faktor dan paparan tertentu pada masa sebelum, selama dan setelah kelahiran dapat menjadi penyebab masalah kesehatan ketika dewasa. Studi ini adalah contoh ilustrasi yang menunjukkan bahwa sensitivitas makanan sebelum lahir bisa menjadi katalis dalam perkembangan skizofrenia atau kondisi serupa 25 tahun kemudian," kata peneliti Robert Yolken.
Walaupun penelitian sebelumnya telah menghubungkan gangguan inflamasi dan infeksi pada wanita hamil dengan risiko skizofrenia pada anak-anaknya, studi ini adalah yang pertama yang menunjukkan kaitannya dengan sensitivitas makanan.
Penelitian ini terinspirasi oleh era Perang Dunia II yang mencatat penurunan kasus skizofrenia terkait dengan kekurangan gandum di Eropa. Para peneliti juga mengutip penelitian sebelumnya yang menemukan tingkat lebih tinggi skizofrenia pada orang dengan penyakit celiac.
Penyakit Celiac adalah gangguan autoimun yang dipicu oleh konsumsi gluten. Tetapi tidak semua orang yang sensitif terhadap gluten menderita penyakit celiac.
Karena studi ini dirancang hanya untuk melihat korelasi dan bukan sebab-akibat, para peneliti ingin melanjutkan penelitian untuk mengetahui interaksi yang lebih spesifik antara konsumsi gluten, sensitivitas gluten, dan risiko skizofrenia. Salah satu hal yang menjadi pertanyaan bagi para peneliti adalah apakah sensitivitas gluten dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko skizofrenia pada semua orang, atau hanya pada orang tertentu dengan kecenderungan genetik.
Penyebab pasti dari penyakit skizofrenia belum diketahui. Kelainan ini diyakini muncul dari interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Faktor risiko yang diketahui termasuk usia ayah, paparan virus atau zat beracun di dalam rahim, obat psikoaktif yang digunakan selama remaja dan stres yang ekstrim.
Sebuah studi yang dilakukan peneliti dari Karolinska Institute dan Johns Hopkins Children's Center yang diterbitkan di American Journal of Psychiatry menekankan bahwa penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa sensitivitas gluten menyebabkan skizofrenia, tetapi ada kaitannya.
"Penelitian ini tidak hanya menggarisbawahi pentingnya gizi ibu selama kehamilan dan akibat seumur hidup pada keturunannya, tetapi juga menunjukkan salah satu cara murah dan mudah untuk mengurangi risiko jika telah ditemukan bukti lebih lanjut bahwa sensitivitas gluten memperburuk kondisi bayi," kata Hakan Karlsson, salah seorang peneliti seperti dilansir neturalnews, Selasa (22/5/2012).
Peneliti menganalisis sampel darah neonatal dan catatan kelahiran dari 764 orang yang lahir di Swedia antara tahun 1975 dan 1985. Sebanyak 211 orang ternyata mengembangkan skizofrenia atau penyakit kejiwaan.
Kemudian penelitian dilakukan dengan menguji sampel darah untuk mengetahui antibodi IgG dalam tubuh, yaitu sistem kekebalan tubuh yang merespon susu atau alergi gandum. Karena antibodi ibu melewati plasenta selama kehamilan untuk memberikan kekebalan pada bayi, peningkatan IgG pada bayi yang baru lahir adalah bukti kepekaan protein pada ibu.
Sementara para peneliti tidak menemukan peningkatan risiko skizofrenia pada anak dengan ibu yang alergi terhadap susu. Tetapi anak-anak yang terkena antibodi gluten dalam rahim hampir dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan gangguan kejiwaan di kemudian hari.
"Gaya hidup dan gen bukan satu-satunya faktor risiko terhadap penyakit, faktor-faktor dan paparan tertentu pada masa sebelum, selama dan setelah kelahiran dapat menjadi penyebab masalah kesehatan ketika dewasa. Studi ini adalah contoh ilustrasi yang menunjukkan bahwa sensitivitas makanan sebelum lahir bisa menjadi katalis dalam perkembangan skizofrenia atau kondisi serupa 25 tahun kemudian," kata peneliti Robert Yolken.
Walaupun penelitian sebelumnya telah menghubungkan gangguan inflamasi dan infeksi pada wanita hamil dengan risiko skizofrenia pada anak-anaknya, studi ini adalah yang pertama yang menunjukkan kaitannya dengan sensitivitas makanan.
Penelitian ini terinspirasi oleh era Perang Dunia II yang mencatat penurunan kasus skizofrenia terkait dengan kekurangan gandum di Eropa. Para peneliti juga mengutip penelitian sebelumnya yang menemukan tingkat lebih tinggi skizofrenia pada orang dengan penyakit celiac.
Penyakit Celiac adalah gangguan autoimun yang dipicu oleh konsumsi gluten. Tetapi tidak semua orang yang sensitif terhadap gluten menderita penyakit celiac.
Karena studi ini dirancang hanya untuk melihat korelasi dan bukan sebab-akibat, para peneliti ingin melanjutkan penelitian untuk mengetahui interaksi yang lebih spesifik antara konsumsi gluten, sensitivitas gluten, dan risiko skizofrenia. Salah satu hal yang menjadi pertanyaan bagi para peneliti adalah apakah sensitivitas gluten dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko skizofrenia pada semua orang, atau hanya pada orang tertentu dengan kecenderungan genetik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar