Selama ini kebotakan lebih banyak dikaitkan dengan stres, ketika
kondisi hormonal seseorang mengalami gangguan. Namun para ilmuwan Jepang
mengungkap, flu burung yang pernah mewabah di Asia juga bisa memicu
kerontokan parah pada rambut.
Penelitian yang dipimpin oleh Dr Taisuke Ito dari Hamamatsu University ini mengungkap, beberapa kasus infeksi flu burung bisa disertai kondisi alopecia areata yang dicirikan dengan kerontokan parah pada rambut. Antara 2009-2010 tercatat 7 pasien yang mengalaminya.
Penyebab pasti alopecia areata hingga kini tidak diketahui, namun banyak yang mengaitkannya dengan faktor keturunan. Hanya saja faktor tersebut tidak bisa sendirian, harus ada faktor pemicunya misalnya lingkungan, stres dan yang terbaru adalah infeksi flu burung.
Dari 7 pasien flu burung yang diamati Dr Taisuke, 4 di antaranya merupakan kasus kambuhan sedangkan 3 lainnya adalah kasus baru. Pada kasus kambuhan, kerontokan terjadi rata-rata 1,5 bulan setelah muncul gejala flu burung sedangkan pada kasus baru jedanya rata-rata 2,7 bulan.
Dr Taisuke meyakini, kerontokan rambut pada alopecia areata terjadi akibat reaksi autoimun yang menyerang sel-sel akar rambut. Pada orang yang sudah memiliki faktor keturunan, infeksi flu burung bisa menungkatkan reaksi autoimun sehingga memicu kerontokan.
"Alopecia sangat mungkin dipicu oleh infeksi. Saya sendiri pernah menagani kondisi autoimun setelah infeksi virus tertentu," kata Nanette Silverberg dari St Luke's-Roosevelt Hospital mengomentari penelitian itu, seperti dikutip dari MSNBC, Rabu (14/12/2011).
Hubungan antara alopecia areata dan risiko kebotakan dengan infeksi flu burung memang baru kali ini jadi topik bahasan. Namun jenis infeksi lainnya yakni virus Epstein-Barr pernah dipelajari kaitannya terhadap kebotakan dan hasilnya memang berpengaruh.
Penelitian yang dipimpin oleh Dr Taisuke Ito dari Hamamatsu University ini mengungkap, beberapa kasus infeksi flu burung bisa disertai kondisi alopecia areata yang dicirikan dengan kerontokan parah pada rambut. Antara 2009-2010 tercatat 7 pasien yang mengalaminya.
Penyebab pasti alopecia areata hingga kini tidak diketahui, namun banyak yang mengaitkannya dengan faktor keturunan. Hanya saja faktor tersebut tidak bisa sendirian, harus ada faktor pemicunya misalnya lingkungan, stres dan yang terbaru adalah infeksi flu burung.
Dari 7 pasien flu burung yang diamati Dr Taisuke, 4 di antaranya merupakan kasus kambuhan sedangkan 3 lainnya adalah kasus baru. Pada kasus kambuhan, kerontokan terjadi rata-rata 1,5 bulan setelah muncul gejala flu burung sedangkan pada kasus baru jedanya rata-rata 2,7 bulan.
Dr Taisuke meyakini, kerontokan rambut pada alopecia areata terjadi akibat reaksi autoimun yang menyerang sel-sel akar rambut. Pada orang yang sudah memiliki faktor keturunan, infeksi flu burung bisa menungkatkan reaksi autoimun sehingga memicu kerontokan.
"Alopecia sangat mungkin dipicu oleh infeksi. Saya sendiri pernah menagani kondisi autoimun setelah infeksi virus tertentu," kata Nanette Silverberg dari St Luke's-Roosevelt Hospital mengomentari penelitian itu, seperti dikutip dari MSNBC, Rabu (14/12/2011).
Hubungan antara alopecia areata dan risiko kebotakan dengan infeksi flu burung memang baru kali ini jadi topik bahasan. Namun jenis infeksi lainnya yakni virus Epstein-Barr pernah dipelajari kaitannya terhadap kebotakan dan hasilnya memang berpengaruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar