Kekejaman
organisasi sindikat kejahatan Jepang atau Yakuza, memang seiring dengan
profesionalisme yang mereka lakukan agar tidak terdeteksi oleh hukum dan tidak
menemukan bukti apa pun untuk menyeret yakuza ke pengadilan. Karena itu
dalam kasus pembunuhan pun yakuza tidak tanggung-tanggung melakukan pembunuhan,
baik direncanakan maupun tidak direncanakan kepada seseorang.
Sebuah majalah Jepang Nikkan Spa terbitan 19 Februari 2013, dikutip Tribunnews.com, Senin (18/1/2013), menuliskan kesaksian anggota yakuza tanpa nama, mengenai proses pembuangan mayat yang dibunuh yakuza.
Dimulai
dengan kasus pembunuhan banyak orang (satu keluarga besar) di perfektur
Hyogo. Mayat-mayat akhirnya ditemukan terpencar dan dimasukkan ke drum
ditanam di bawah tanah di kota Amagasaki.
Cara pembuangan tersebut
dicurigai polisi dilakukan oleh kalangan yakuza. Kenyataan yang ada,
tersangka utama yang tertangkap, Miyoko Sumida (64) akhirnya bunuh
diri di penjara bulan Desember 2012. Kasus ini praktis berhenti karena
pelaku utama meninggal dunia.
Namun pihak polisi dan beberapa
orang masih belum puas, apakah benar dilakukan wanita tersebut
melakukannya seorang diri?Karena itu wartawan Spa mewawancarai ahli
pembuangan mayat dari organisasi yakuza di Jepang.
"Kita tidak
membuang mayat ke dalam drum, atau membungkus mayat tersebut. Itu sih
kerja para amatir bukan dari kalangan yakuza," kata anggota yakuza yang
tak diungkap identitasnya. Meskipun ditanam ke dalam beton konkrit,
mayat tersebut dapat diteliti lebih lanjut dan dapat dideteksi DNA serta
data diri manusianya, tambah anggota yakuza itu lagi.
"Menggali
kubur dan menanam mayat itu jelas kerja amatiran bukan oleh yakuza." Gas
yang terbentuk dari tubuh mayat yang ditanam pada beton konkrit akan
merembes bocor ke luar gas yang sangat bau tersebut dan akan terdeteksi
serta ketahuan identitas mayat serta cara pembunuhan pada akhirnya.
Tapi
yakuza melakukan lain cara. Mayat dimasukkan ke dalam olahan aspal cair
yang digodok dalam kondisi panas 3.000 derajat celcius di campur coal
tar dan pasir tanah, Diaduk semua jadi satu sehingga semua mencair tak
ada lagi bentuk aneh seperti tulang. Lalu aspal cair dipakai untuk
pekerjaan pembangunan jalan raya.
"Dengan cara demikian habislah semua identitas manusia, DNA pun tidak akan bisa terdeteksi lagi."
Memang
ada biaya untuk hal tersebut. Oleh karena itu sangat penting untuk
menjalin kerjasama yang baik dengan pabrik pembuat aspal atau perusahaan
konstruksi pembuatan jalan yang biasanya melakukan penggodokan cair
aspal untuk pembuatan jalan raya.
Bagi perusahaan demikian yang dijalankan kalangan Cina di Jepang biasanya mereka minta 200.000 yen.
"Membunuh
seseorang sangat mudah. Terpenting dan kelihatan memang kita
profesional adalah proses atau cara membuang mayat itu sendiri. Dis itulah ketahuan profesionalnya seorang yakuza," tambahnya lagi.
Pembelian
mobil untuk membawa mayat lalu mengkremasikan mayat dengan tambahan
harga lain lagi. Karena deteksi polisi kemungkinan dapat dilakukan
apabila menemukan mobil pembawa mayat.
Kemudian mayat pun harus
dipotong sekitar 40 cm, sehingga pembuangan atau penghancuran mayat
dapat sempurna mengingat tempat penggodongan dengan diameter terbatas,
lebih pendek daripada tinggi manusia. Semua proses tersebut biasanya
dilakukan oleh yakuza sekitar 90 menit.
Itulah profesionalitas
yakuza khusus untuk pembuangan dan penghancuran mayat korban pembunuhan
sehingga menghilangkan barang bukti dengan sempurna. Tanpa barang bukti
polisi Jepang tidak dapat menahan tersangka dalam waktu lama. Tanpa
barang bukti, kasus menjadi tidak kuat di pengadilan. (Sumber : Tribunnews.com)
Info yakuza lebih lanjut silakan klik: www.yakuza.in
BACA JUGA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar