Satu lagi aksi buka-bukaan yang dilakukan oleh para aktivis femen, dalam posting sebelumnya saya telah memposting tentang aksi gila mereka memotong kayu salib di kota Kiev, Rusia. Kali ini aksi yang dilakukan mereka adalah untuk merayakan mundurnya Paus dari kepemimpinannya sebagai pimpinan umat Kristiani di seluruh dunia. Aksi dilakukan oleh 8 orang aktivis Femen di Gereja Katedral Notre Dame, Paris.
Awalnya delapan wanita ini masuk ke gereja katedral Notre Dame di Paris
dengan jubah panjang. Tak ada yang mencurigakan. Mereka seperti layaknya
jemaat lain. Namun begitu bel berdentang tiga kali, mereka tiba-tiba
membuka jubah dan memamerkan payudaranya.
Delapan gadis ini merayakan mundurnya Paus Benediktus XVI. Kelompok Femen ini berdalih mereka bertujuan memperjuangkan hak asasi manusia. Sebelumnya Paus Benediktus XVI memang menentang pernikahan sesama jenis. "Tidak ada lagi Paus! Tidak ada lagi homofobia," teriak mereka besahut-sahutan. Selain memamerkan dada, wanita-wanita ini juga menuliskan pesan di tubuh mereka. Isinya tetap sama, perayaan mundurnya Paus Benediktus XVI dan dukungan terhadap kaum gay maupun lesbian, 'Pope No More', 'Pope Game Over', dan 'Bye Bye Benedictus'.
Tentu saja para jemaat mengecam aksi wanita-wanita bertelanjang dada ini. Mereka menganggap gereja adalah tempat suci yang tak pantas dijadikan aksi mereka. "Ini tempat yang sakral, Anda tidak boleh telanjang di sini," tutur salah seorang jemaat wanita.
Delapan wanita ini sempat menguasai keadaan dan meneriakkan orasinya. Bahkan mereka juga sempat memukul lonceng gereja. Jemaat lain hanya bisa menelan ludah. Sementara itu wartawan terus mengabadikan momen. Pihak keamanan gereja tidak tinggal diam. Mereka segera mengamankan delapan wanita itu dan memaksanya keluar. Meski ada sedikit perlawanan, namun wanita-wanita ini berhasil dikeluarkan dari gereja.
Di luar gereja, aksi mereka belum usai. Delapan wanita ini masih melanjutkan orasinya. Makin berkembang, kali ini mereka meneriakkan dukungan untuk kaum gay, 'In gay we trust' dan 'Get out homophobe'.
Masyarakat yang kebetulan berada di sekitar gereja pun tertarik untuk menyaksikan aksi mereka. Sebagian tampak bingung dengan aksi delapan wanita ini. Lama-kelamaan aksi mereka menjadi tontonan gratis. Apalagi bagi kaum Adam.
Menteri Dalam Negeri Prancis Manuel Valls dan Walikota Paris Bertrand Delanoe menyampaikan kecaman. Menurut mereka, aksi tersebut merupakan provokasi yang tak berguna.
Delapan gadis ini merayakan mundurnya Paus Benediktus XVI. Kelompok Femen ini berdalih mereka bertujuan memperjuangkan hak asasi manusia. Sebelumnya Paus Benediktus XVI memang menentang pernikahan sesama jenis. "Tidak ada lagi Paus! Tidak ada lagi homofobia," teriak mereka besahut-sahutan. Selain memamerkan dada, wanita-wanita ini juga menuliskan pesan di tubuh mereka. Isinya tetap sama, perayaan mundurnya Paus Benediktus XVI dan dukungan terhadap kaum gay maupun lesbian, 'Pope No More', 'Pope Game Over', dan 'Bye Bye Benedictus'.
Tentu saja para jemaat mengecam aksi wanita-wanita bertelanjang dada ini. Mereka menganggap gereja adalah tempat suci yang tak pantas dijadikan aksi mereka. "Ini tempat yang sakral, Anda tidak boleh telanjang di sini," tutur salah seorang jemaat wanita.
Delapan wanita ini sempat menguasai keadaan dan meneriakkan orasinya. Bahkan mereka juga sempat memukul lonceng gereja. Jemaat lain hanya bisa menelan ludah. Sementara itu wartawan terus mengabadikan momen. Pihak keamanan gereja tidak tinggal diam. Mereka segera mengamankan delapan wanita itu dan memaksanya keluar. Meski ada sedikit perlawanan, namun wanita-wanita ini berhasil dikeluarkan dari gereja.
Di luar gereja, aksi mereka belum usai. Delapan wanita ini masih melanjutkan orasinya. Makin berkembang, kali ini mereka meneriakkan dukungan untuk kaum gay, 'In gay we trust' dan 'Get out homophobe'.
Masyarakat yang kebetulan berada di sekitar gereja pun tertarik untuk menyaksikan aksi mereka. Sebagian tampak bingung dengan aksi delapan wanita ini. Lama-kelamaan aksi mereka menjadi tontonan gratis. Apalagi bagi kaum Adam.
Menteri Dalam Negeri Prancis Manuel Valls dan Walikota Paris Bertrand Delanoe menyampaikan kecaman. Menurut mereka, aksi tersebut merupakan provokasi yang tak berguna.
BACA JUGA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar