Fried calamari
alias potongan daging cumi berbentuk cincin yang digoreng tepung memang jadi
favorit karena rasa gurih renyahnya. Namun, ternyata sebagian fried calamari
yang dijual di restoran di Amerika sebenarnya berasal dari usus babi yang biasa
disebut ‘bung’.
Berdasarkan berita yang dilansir Huffington Post (17/01/2013), acara
radio ‘This American Life’ episode 11 Januari 2013 menginvestigasi cumi imitasi
ini. Ben Calhoun, produser program tersebut, menuliskan laporannya.
“Di restoran manapun, tepat pada detik ini, orang-orang memeras irisan lemon ke atas ‘cincin’ yang renyah dan berwarna keemasan, mencelupkannya ke saus marinara, dan mereka menyantap usus babi. Kini mereka mengunyahnya, merasa puas dan benar-benar tak tahu apa-apa. Inilah balasan untuk ketidakacuhan kita terhadap asal makanan yang kita santap, dan bagaimana makanan tersebut sampai ke kita.”
Food Safety and Inspection Service (FSIS) United States Department of Agriculture (USDA) yang berwenang memastikan pelabelan makanan yang benar, angkat bicara mengenai masalah ini. Menurut Mark Wheeler, juru bicaranya, ia tidak mengetahui keberadaan produk yang secara khusus berlabel ‘calamari imitasi’. Kalaupun ada dan berasal dari usus babi, seharusnya diberi label yang jelas.
Wheeler menambahkan bahwa usus babi bisa dimakan dan lebih sering disebut sebagai ‘pork chitterlings’. Menurut USDA, isi perut babi ini memiliki bau yang tajam saat direbus dan tekstur yang mirip dengan calamari. Hal ini juga diutarakan oleh Steve Haruch, jurnalis Nashville Scene yang pernah menyantap usus babi. “Jika diolah dengan benar, (usus babi) bisa menggantikan calamari,” ujarnya.
Lebih lanjut, Calhoun menjelaskan lewat email kepada Huffington Post. “Kami sangat yakin bahwa praktik ini terjadi di industri daging Amerika, namun kami tidak dapat membuktikan ataupun menyanggah kepercayaan tersebut,” tulisnya. Karena itulah mereka berusaha membuat cerita tersebut lucu dan berfokus pada pertanyaan. Apakah usus babi goreng tepung memiliki rasa dan tekstur seperti calamari?
Menurut Oceana, lembaga pengawas konservasi laut, kecurangan pada bidang seafood terjadi dalam tingkat yang mengejutkan di daerah-daerah metropolitan di AS. Sebut saja di Miami (31%), New York City (39%), Boston (48%), dan Los Angeles (55%). Dikatakan bahwa penipuan ini bisa terjadi dalam rantai pasokan manapun, mulai dari fase pemrosesan dan pengemasan, distributor, hingga restoran itu sendiri (food.detik.com).
“Di restoran manapun, tepat pada detik ini, orang-orang memeras irisan lemon ke atas ‘cincin’ yang renyah dan berwarna keemasan, mencelupkannya ke saus marinara, dan mereka menyantap usus babi. Kini mereka mengunyahnya, merasa puas dan benar-benar tak tahu apa-apa. Inilah balasan untuk ketidakacuhan kita terhadap asal makanan yang kita santap, dan bagaimana makanan tersebut sampai ke kita.”
Food Safety and Inspection Service (FSIS) United States Department of Agriculture (USDA) yang berwenang memastikan pelabelan makanan yang benar, angkat bicara mengenai masalah ini. Menurut Mark Wheeler, juru bicaranya, ia tidak mengetahui keberadaan produk yang secara khusus berlabel ‘calamari imitasi’. Kalaupun ada dan berasal dari usus babi, seharusnya diberi label yang jelas.
Wheeler menambahkan bahwa usus babi bisa dimakan dan lebih sering disebut sebagai ‘pork chitterlings’. Menurut USDA, isi perut babi ini memiliki bau yang tajam saat direbus dan tekstur yang mirip dengan calamari. Hal ini juga diutarakan oleh Steve Haruch, jurnalis Nashville Scene yang pernah menyantap usus babi. “Jika diolah dengan benar, (usus babi) bisa menggantikan calamari,” ujarnya.
Lebih lanjut, Calhoun menjelaskan lewat email kepada Huffington Post. “Kami sangat yakin bahwa praktik ini terjadi di industri daging Amerika, namun kami tidak dapat membuktikan ataupun menyanggah kepercayaan tersebut,” tulisnya. Karena itulah mereka berusaha membuat cerita tersebut lucu dan berfokus pada pertanyaan. Apakah usus babi goreng tepung memiliki rasa dan tekstur seperti calamari?
Menurut Oceana, lembaga pengawas konservasi laut, kecurangan pada bidang seafood terjadi dalam tingkat yang mengejutkan di daerah-daerah metropolitan di AS. Sebut saja di Miami (31%), New York City (39%), Boston (48%), dan Los Angeles (55%). Dikatakan bahwa penipuan ini bisa terjadi dalam rantai pasokan manapun, mulai dari fase pemrosesan dan pengemasan, distributor, hingga restoran itu sendiri (food.detik.com).
BACA JUGA ARTIKEL MENARIK
LAINNYA:
7
Wilayah Perairan Yang Penuh Misteri Di Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar