Kota Banjarmasin
adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota dari provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota yang cukup padat ini termasuk salah
satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang terkecil di Kalimantan,
yakni luasnya lebih kecil daripada Jakarta Barat. Kota yang dijuluki kota seribu sungai
ini merupakan sebuah kota delta atau kota kepulauan sebab terdiri dari
sedikitnya 25 buah pulau kecil (delta) yang merupakan bagian-bagian kota
yang dipisahkan oleh sungai-sungai diantaranya pulau Tatas, pulau
Kelayan, pulau Rantauan Keliling, pulau Insan dan lain-lain.
Nah
berikut ini ada beberapa tempat wisata di kota Banjarmasin yang layak
kamu kunjungi ingin tahu tempat apa aja itu simak 5 Tempat Wisata di
Banjarmasin berikut ini.
1. Masjid Sultan Suriansyah
Masjid Sultan Suriansyah atau Masjid Kuin
adalah sebuah masjid bersejarah di Kota Banjarmasin yang merupakan
masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun pada masa
pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), Raja Banjar pertama yang
memeluk agama Islam. Masjid Kuin merupakan salah satu dari
tiga masjid tertua yang ada di kota Banjarmasin pada masa Mufti
Jamaluddin (Mufti Banjarmasin), masjid yang lainnya adalah Masjid Besar
(cikal bakal Masjid Jami Banjarmasin) dan Masjid Basirih. Masjid ini
terletak di Kelurahan Kuin Utara, kawasan yang dikenal sebagai Banjar
Lama merupakan situs ibu kota Kesultanan Banjar yang pertama kali.
Masjid ini letaknya berdekatan dengan komplek makam Sultan Suriansyah
dan di tepian kiri sungai Kuin.
Masjid yang didirikan di tepi
sungai Kuin ini memiliki bentuk arsitektur tradisional Banjar, dengan
konstruksi panggung dan beratap tumpang. Pada bagian mihrab masjid ini
memiliki atap sendiri yang terpisah dengan bangunan induk.
2. Komplek Makam Sultan Suriansyah
Kompleks Makam Sultan Suriansyah adalah sebuah kompleks pemakaman yang terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.
Sultan
Suriansyah merupakan raja Kerajaan Banjar pertama yang memeluk agama
Islam. Sewaktu kecil namanya adalah Raden Samudera, setelah diangkat
menjadi raja namanya menjadi Pangeran Samudera dan setelah memeluk Islam
namanya menjadi Sultan Suriansyah. Gelar lainnya adalah Panembahan atau
Susuhunan Batu Habang.
3. Komplek Makam Pangeran Antasari
Komplek Makam Pangeran Antasari adalah sebuah kompleks pemakaman yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Utara,
Pangeran Antasari
adalah Sultan Banjar. Pada 14 Maret 1862, beliau dinobatkan sebagai
pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar)
dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin
dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah
Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung
Yang Pati Jaya Raja.
4. Museum Wasaka
Museum Wasaka
adalah sebuah museum perjuangan rakyat Kalimantan Selatan. Wasaka
singkatan dari Waja Sampai Ka Puting yang merupakan motto perjuangan
rakyat Kalimantan Selatan.
Museum bertempat pada rumah Banjar
Bubungan Tinggi yang telah dialih fungsikan dari hunian menjadi museum
sebagai upaya konservasi bangunan tradisional.
Terletak di Gang H. Andir, Kampung Kenanga Ulu, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.
5. Pasar Terapung Muara Kuin
Pasar Terapung Muara Kuin
adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di
muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan
pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar.
Pasar ini mulai setelah salat Subuh sampai selepas pukul tujuh pagi.
Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan
hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan
anak-anak sungainya.
Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan.
Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter
antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.
Kini
pasar terapung Kuin dipastikan menyusul punah berganti dengan pasar
darat. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kuin harus menelan kekecewaan
karena tidak menjumpai adanya geliat eksotisme pasar di atas air.
Kepunahan
pasar tradisional di daerah “seribu sungai” ini dipicu oleh kemaruk
budaya darat serta ditunjang dengan pembangunan daerah yang selalu
berorientasi kedaratan. Jalur-jalur sungai dan kanal musnah tergantikan
dengan kemudahan jalan darat. Masyarakat yang dulu banyak memiliki
jukung, sekarang telah bangga memiliki sepeda motor atau mobil.
BACA JUGA ARTIKEL MENARIK
LAINNYA:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar