Tawangmangu adalah sebuah nama daerah di kaki Gunung Lawu. Sudah
tentu udara di tempat ini masih segar dan suhu udara dingin terutama di
malam hari. Panoramanya indah dengan bukit-bukit dan ladang petani yang
memberi warna hijau sejuk. Sebuah tempat ideal untuk kita melepas lelah
dan refreshing.
Tawangmangu terletak kabupaten karanganyar atau sekitar 36 KM arah
timur Kota Solo. Tawangmangu mudah dijangkau dari Kota Solo. Ada bus
umum yang hampir tiap 30 menit siap mengantar anda dari terminal
Tirtonadi Solo. Di sepanjang perjalanan menuju Tawangmangu kita akan
melihat pemandangan yang indah di kanan kiri. Semakin deket ke kawasn
tersebut jalananya makin mendaki dan berkelok-kelok seperti puncak
bogor. dan udara makin dingin khas daerah pegunungan.
Sejak lama memang kawasan Tawangmangu ini menjadi salah satu tujuan
wisata favorit bagi banyak turis. Terutama turis domestik. Alam yang
indah dan udara sejuk memang selalu menarik hati orang untuk berkunjung
ke tempat wisata yang masih banyak dihuni oleh monyet-monyet liar.
Ada tips supaya pengunjung tidak diganggu oleh monyet-monyet liar
itu. salah satunya dalah jangan menjinjing barang bawaan seperti tas
atau atau makanan saat anda melintas di sekitar mereka. Monyet-monyet
tersebut akan mendekati anda. Dan saat anda lengah mereka akan merebut
serta mebawa nya lari ke pepohonan. Disarankan untuk mendekap barang
bawaan seperti tas di dada.
Ada beberapa tempat yang patut disinggahi jika kita melancong ke
kawasan yang banyak monyet liarnya ini. Tempat-tempat tersebut antara
lain :
Pertama Grojogan Sewu. Air terjun sewu ini bisa dikatakan sebagai
salah aikon dari wisata di Tawangmangu ini. Tempat ini cocok untuk
wisata keluarga. Sambil menikmati keindahan alam di lokasi tersebut kita
bias beristirahat sambil menyantap hidangan sate ayam atau sate kelinci
bersama keluarga. Ada juga kolam renang bagi yang ingin bererang ,
tentu saja airnya lebih dingin dari kolam renang yang ada di kota.
Kedua Cemara Sewu. Cemara Sewu adalah tempat wisata di lereng gunung lawu yang juga indah dan menarik untuk dikunjungi.
Ketiga Puncak Gunung Lawu . Gunung lawu memang menantang untuk
didaki. Track pendakian gunung lawu jelas sehinga memudahkan para
pendaki untuk mencapai puncak. Dan yang paling disukai para pecina alam
adalah keindahan puncak lawu. Dari puncak tersebut kita bisa melihat
danau saraqngan dan gugusan gung lain di jawa timur.
Camping ground, Bagi mereka yang suka camping, di Tawangmangu juga ada tempat berkemah yang bagus.
Camping ground, Bagi mereka yang suka camping, di Tawangmangu juga ada tempat berkemah yang bagus.
Disini juga ada pasar tradisional tempat kita membeli buah, sayuran segar dan souvenir.
SEBUAH objek wisata kelas dunia segera diresmikan di Kawasan Solo
Baru, Sukoharjo. Objek wisata yang diberi nama Pandawa Water World (PWW)
ini letaknya hanya 1 kilometer dari Kota Solo arah selatan. Bila dari
Jl Tanjung Anom, Solo menuju ke arah selatan, dalam waktu beberapa
menit, pengunjung akan sampai di lokasi
Investasi untuk membangun PWW ini tak tanggung-tanggung. Menelan biaya sekitar Rp 50 miliar. ”Dana sebesar itu belum termasuk harga tanah seluas 2,7 hektare,” ujar Komisaris PT Pondok Solo Permai, Kunto Harjono.
Investasi untuk membangun PWW ini tak tanggung-tanggung. Menelan biaya sekitar Rp 50 miliar. ”Dana sebesar itu belum termasuk harga tanah seluas 2,7 hektare,” ujar Komisaris PT Pondok Solo Permai, Kunto Harjono.
Ditambah dengan rencana perluasannya, dana yang akan dikucurkan bisa
dua kali lipat. Taman dunia air ini bukan kolam renang biasa, melainkan
kolam renang dengan aneka permainan, yang lebih bersifat petualangan.
Pengunjung objek wisata ini diharapkan bukan saja turis domestik, tapi
juga mancanegara.
Memasuki objek wisata ini, pengunjung langsung menatap dunia
pewayangan dalam ukuran raksasa. Patung pandawa lima yang dibangun untuk
memperindah pemandangan dibuat dalam ukuran besar. Kresna setinggi 37
meter nampak gagah menghiasi gua buatan yang di bawahnya yang dikitari
genangan air kolam.
Di sebelah kanannya, Satria Pringgodani Raden Gatotkaca dalam posisi
terbang seakan turun dari angkasa. Di depan Gatotkaca, Bima alias Sena
menggenggam gada Rujakpolo seolah-olah siaga menghadapi musuh.
Tak jauh dari Bima, sang Arjuna dengan wajah lembut namun selalu waspada, siap melepas anak panah dari busurnya.
Modern-Tradisional
Ya, sesuai namanya, Pandawa Water World, Pandawa Lima diabadikan di
sana. Melihat hiasan dalam kolam renang itu, terjadi perpaduan antara
unsur modern dan tradisonal. Sebuah pembangunan tanpa meninggalkan unsur
budaya. Pengunjung tak sekadar bermain dalam dunia air, tetapi
melakukan apresiasi terhadap dunia pewayangan.
PWW yang menurut rencana 18 Desember soft opening, fasilitasnya
antara lain surving boogie, yakni ombak buatan layaknya gelombang di
lautan. Di sini pengunjung bisa melakukan olahraga selancar sambil
tiduran. ”Ini satu-satunya di Indonesia,” ujar Managing Director Rejo
Megah Makmur Engineering Semarang, Johanes Lukman Lukito, desainer dan
kontraktor proyek itu.
Juga ada yang disebut lazy river. Ini fasilitas bersantai, seakan
pengunjung berada di sebuah sungai yang panjangnya sekitar 500 meter.
Ada pula water slide. Di sini pengunjung dapat bergembira, berseluncur
dalam bak meliuk-liuk sepanjang 137 meter.
Masih ada lagi yang disebut black hole. Yang ini permainan air dalam pipa besar berkelok-kelok, lalu berakhir dengan terjun di kolam.
Masih ada lagi yang disebut black hole. Yang ini permainan air dalam pipa besar berkelok-kelok, lalu berakhir dengan terjun di kolam.
Bagi yang suka tantangan terjun dari ketinggian, disediakan Bungy
Tower atau menara loncat. Dari menara setinggi 47 meter ini mereka yang
gemar tantangan terjun dari tempat tinggi, bisa merasakan kenikmatan.
Mengapa objek wisata ini menampilkan tokoh-tokoh pewayangan? ”Supaya
anak-anak muda tidak lupa dengan budayanya sendiri. Supaya mereka
mencintai wayang, bukan mencintai spiderman atau superman,” kata
Johanes.
Kondisi kesehatan mantan Presiden Soeharto yang masih kritis masih
menjadi perhatian banyak orang. Astana Giri Bangun, komplek makam yang
dipersiapkan sebagai makam keluarga besar Soeharto, pun mendapat
perhatian. Berikut ini makam Astana Giri Bangun yang termuat dalam Suara
Merdeka 14/1/2007.
Kompleks makam Astana Giribangun di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa Karangbangun, Matesih, Karanganyar sangat megah dan luas. Makam di atas sebuah bukit itu dibangun tepat di bawah Astana Mangadeg, kompleks pemakaman para penguasa Pura Mangkunegaran Surakarta. Jika Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter di atas permukaan laut (dpl), Giribangun pada 666 meter dpl. Bukan tanpa alasan kenapa lokasi kedua kompleks makam itu bersebelahan, mengingat Ibu Tien Soeharto selama ini mengaku keturunan Mangkunegoro III.
Kompleks makam Astana Giribangun di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa Karangbangun, Matesih, Karanganyar sangat megah dan luas. Makam di atas sebuah bukit itu dibangun tepat di bawah Astana Mangadeg, kompleks pemakaman para penguasa Pura Mangkunegaran Surakarta. Jika Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter di atas permukaan laut (dpl), Giribangun pada 666 meter dpl. Bukan tanpa alasan kenapa lokasi kedua kompleks makam itu bersebelahan, mengingat Ibu Tien Soeharto selama ini mengaku keturunan Mangkunegoro III.
”Ada jalan atau lorong tembus yang menghubungkan kedua kompleks
Bahkan Giribangun disebut sebagai makam yang dikhususkan untuk keluarga
Mangkunegaran yang makam itu. Lorong itu hanya boleh dilewati
orang-orang tertentu dan hari-hari tertentu pula,” kata salah seorang
pekerja makam.
Kendati kompleks makam sudah mulai dibangun 1974, baru diresmikan
penggunaannya pada 1976. Peresmian ditandai dengan pemindahan abu
jenazah Soemaharjomo (ayahanda Tien Soeharto) dan Siti Hartini Oudang
(kakak tertua Ibu Tien).
Kompleks makam Astana Giribangun terdiri dari tiga bagian. Yakni
Cungkup Argosari, Cungkup Argokembang, dan Cungkup Argotuwuh. Cungkup
Argosari seluas 81 meter persegi merupakan Bangunan utama dan berada di
dalam ruangan tengah. Bangunannya dilindungi cungkup rumah bentuk joglo
beratap sirap dengan dinding rumah dari kayu berukir.
Di ruang tersebut direncanakan hanya untuk makam lima badan. Untuk
posisi sekarang ini, makam Ibu Tien Suharto berada paling timur. Tepat
di sebelahnya terdapat tempat “cadangan”, kelak diperuntukkan bagi Pak
Harto, kalau sudah meninggal. Di tengah terdapat makam pasangan
Soemarharjomo (ayah dan ibu Tien) dan paling barat adalah makam Siti
Hartinah. ”Tempat bagi Pak Harto sudah dilubangi dengan ukurannya. Untuk
sementara tempat cadangan itu ditutup tanah. Nanti kalau mau dipakai,
tanahnya tinggal diangkat lagi,” ujar Sukirno.
Di Cungkup Argosari juga terdapat emperan seluas 243 meter persegi.
Emperan itu direncanakan untuk makam 12 badan. Rencananya untuk
anak-anak dan para menantu Soeharto. Selain emperan, ada pula selasar
cungkup seluas 405 meter persegi. Selasar itu terdapat areal untuk 48
badan. Selasar ini untuk makam penasihat, pengurus harian serta anggota
pengurus Yayasan Mangadeg yang mengelola pemakaman itu.
Selanjutnya adalah Cungkup Argokembang. Cungkup yang berada di bagian
luar lokasi utama seluas 567 meter persegi itu tersedia tempat bagi 116
badan.
Di lokasi itu untuk makam para pengurus pleno dan seksi Yayasan
Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang dianggap
berjasa kepada yayasan dan mengajukan permohonan untuk dimakamkan di
tempat itu.
Terakhir adalah Cungkup Argotuwuh. Lokasinya berada paling luar dan luasnya 729 meter persegi.
Di Argotuwuh tersedia tempat bagi 156 badan. ”Sama seperti di
Argokembang, di Argotuwuh menurut rencana yang dimakamkan adalah para
pengurus Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya
yang mengajukan permohonan.”
Di samping bangunan untuk pemakaman, terdapat pula sembilan bangunan pendukung lainnya.
Di antaranya adalah masjid, rumah tempat peristirahatan bagi keluarga
Soeharto jika berziarah, kamar mandi bagi peziarah utama, tandon air,
gapura utama, dua tempat tunggu atau tempat istirahat bagi para
wisatawan, rumah jaga dan tempat parkir khusus bagi mobil keluarga. Di
bagian bawah, terdapat ruang parkir yang sangat luas.
Pintu utama Astana Giribangun berada di sisi utara. Sementara sisi
selatan berbatasan langsung dengan jurang yang di bawahnya mengalir Kali
Samin.
Sungai yang berhulu dari Tawangmangu itu berkelok-kelok dan indah dipandang dari kompleks makam.
”Kompleks Astana Mangadeg dan Astana Giribangun tidak hanya untuk
wisata ziarah, tapi juga untuk wisata alam,” kata Kepala Dinas
Pariwisata Karanganyar, IA Joko S
Pasca Revitalsiasi Kawasan Ngarsapuran yang berada di jalan
Diponegoro Solo diiproyeksikan jadi sebuah pasar malam. dengan letaknya
yang strategis, antara Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Ronggo warsito ,
diharapkan Pasar malam Ngarsapuran bisa menjadi icon wiasta baru kota
bengawan. NIlai lebih pasar malam ini adalah dekat dengan pasar antik
windu jenar, pasar elektronik dan Pura mangkunegaran. Menurut rencana
night market yang buka mulai pukul 17.00 hingga pukul 22.00 tersebut
akan dihuni 344 pedagang yang dipayungi 86 tenda. Satu tendanya berisi
empat pedagang. Namun untuk sementara ini baru berdiri 70 tenda dengan
jumlah pedagang 280 orang. ( suara Merdeka )
Walikota Solo Joko Widodo meresmikan Gladag Langen Bogan Solo ,
MInggu ( 13/4) malam. Gladag Langen Bogan merupakan Pusat jajanan malam (
wisata kuliner malam ) yang terletak di Jalan Mayor Sunaryo atau sisi
selatan benteng Vastenburg.
Salah satu objek wisata paling populer di Solo adalah Taman Satwa
Taru Jurug ( TSTJ ). TSTJ terletak di bagian timur kota Solo, tepatnya
di pinggir sebelah barat Sungai Bengawan Solo. Apa yang menarik dari
TSTJ ini? Yuk kita tengok taman yang akan menjadi BUMD ini.
Di TSTJ ini terdapat kebun binatang yang dahulu merupakan koleksi
kebun binatang bon raja Sriwedari. Karena perkembangan dan perubahan
tata kota kebon binantang di taman sriwedari dipindah ke Taman Jurug
ini. Diantara binatang yang dipindh tersebut adalah gajah bernama Kiai
Anggoro.
Selain itu dini terdapat taman bermain anak atau kids play ground. DI
taman bermain ini para pengunjung yang datang bersama anak-anak bisa
menunggang gajah atau sekedar bermain ayunan dan lain-lain.
Di tengah-tengah taman ini terdapat sebuah danau dimana para
pengunjung bisa mengarunginya dengan menumpangi perahu yang ada. Atau
bisa juga memancing ikan di danau ini.
Acara hiburan yang rutin diadakan pengelola adalah musik campursari
dan dangdut. Acara tahunan yag menjadi andalan TSTJ adalah Grebeg Syawal
yang disi dengan acara larung agung Jaka Tingkir yang menggambarkan
perjalanan Jaka Tingkir mengarungi Sungai Bengawa Solo.
TSTJ buka setiap hari mulai jam tujuh pagi sampi dengan jam 5 sore.
Harga tiket masuk TSTJ untuk golongan : Anak Rp. 3000,- untuk hari biasa
. hari libur harga tiket naik menjadi Rp. 4000,- . Untuk golongan orang
dewasa harga Tiket : Rp. 6000,- untuk hari biasa dan Rp. 7000,- pada
hari libur.
Denah TSTJ ini bisa di lihat di http://www.tamanjurug.com/peta/Peta_Jurug.swf
Di bagian utara Taman jurug ini,dahulu merupakan arena balap moto
cross. Pada jaman dahulu pembalap asal bandung, Popo Hartopo, sangat
populer di Kota Solo karena sering berjaya di aren balap moto cross.
Taman jurug ini pertama kali dididirkan dan dikelola Tahun 1975 yang
dikelola oleh PT. Bengawan Permai. namun karena masalah biaya dan
pengelolaan yang tidak profesional sehingga kondisi taman ini sangat
memprihatinkan. Hingga akhirnya Pemkot Solo mengambil alih pengelolaan
dan anakn menjadikannya sebagau BUMD berbentuk PT.
Di kota Solo terdapat sebuah museum sejarah dan budaya yang bernama
Museum Radya Pustaka. Museum Radya Pustaka merupakan museum tertua di
Indonesia yang didirikan pada masa pemerintahan Paku Buwono IX tepatnya
tanggal 28 oktober 1890 oleh kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV.
Raden Adipati Sosrodidingrat IV adalah patih Pakubuwono IX dan Paku
Buwono X.
Pada saat itu museum berada di dalam komplek dalem kepatihan. Untuk
lebih memudahkan diakses oleh lebih banyak orang pada tanggal 1 januari
1913 musim ini dipindahkan ke lokasinya yang sekarang yaitu di Gedung
Museum Radya Pustaka ( kompleks Taman Sriwedari ) jalan Slamet Riyadi.
Gedung tersebut dulunya adalah tempat tinggal Johannes Buseelar, seorang
warga negara Belanda.
Museum Radya Pustaka dikelola oleh Yayasan Paheman Radyapustaka
Surakarta dan dibentuk pada tahun 1951. Presidium pertama dibentuk pada
tahun 1966 dan diketahui oleh Go Tik Swan atau juga dikenal dengan nama
K.R.T Hardjonagoro
kotasolo.info
Mesjid Laweyan Dan Makam Ki Ageng Henis
Masjid Laweyan merupakan masjid tertua di Laweyan, yang dididikan
tahun 1546 Masehi. Menilik tahun bedirinya, mesjid ini dibangun sebelum
Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya menjadi Sultan Pajang antara tahun
1568-1582.
Masjid Lawayan dibangun oleh Ki Ageng Henis. Ki Ageng Henis adalah
Putra dari Ki Ageng Sela yang masih keturunan Raja Brawijaya yang
berarti masih keturunan raja-raja Majapahit. Ki Ageng Henis inilah yang
kemduian menurunkan raja-raja dinasti mataram islam.
Lahan mesjid Laweyan dulunya merupakan sanggar dari Ki Ageng Beluk.
Ki Ageng Beluk adalah seorang murid dari Ki Ageng Henis yang masuk
islam. Maka tak heran jika Lokasi Masjid ini disebut Kampung Belukan.
Versi lain menyebutkan kampung itu diberi nama belukan karena kampung
ini dulu menjadi seperti pesantren dimana selalu ada kegiatan menanak
nasi untuk makan para santri sehingga selalu keluar asap dari dapur
pesantren dan disebutlah wilayah ini sebagai Kampung Belukan (beluk =
asap).
Dibelakang masjid terdapat komplek makam kerabat keraton pajang,
kartosura dan Surakarta. Pintu gerbang makam dibangun pada masa Sunan
Paku Buwono X dan didigunakan untuk ziarah ke makam dan hanya digunakan 1
kali saja karena 1 tahun setelah kunjungan itu beliau wafat.
Beberapa orang yang dimakamkan di tempat itu antara lain adalah :
Kyai Ageng Henis
Paku Buwono II
Permaisuri Paku Buwono V
Pangeran Widjil I Kadilangu ( pujangga Keraton Surakarta )
Nyai Ageng Pati
Nyai Pandanaran
Prabuwinoto anak bungsu dari Paku Buwono IX.
Kyai Ageng Proboyekso
Ki Ageng Beluk
Paku Buwono II
Permaisuri Paku Buwono V
Pangeran Widjil I Kadilangu ( pujangga Keraton Surakarta )
Nyai Ageng Pati
Nyai Pandanaran
Prabuwinoto anak bungsu dari Paku Buwono IX.
Kyai Ageng Proboyekso
Ki Ageng Beluk
Di makam ini terdapat tumbuhan langka Pohon Nagasari yang berusia
lebih dari 500 tahun yang merupakan perwujudan penjagaan makam oleh naga
yang paling unggul. Selain itu pada gerbang makam terdapat simbolisme
perlindungan dari Betari Durga. Makam direnovasi oleh Paku Buwono X
bersamaan dengan renovasi Keraton Kasunanan. Sebuah bangunan semacam
pendapa yang diangkat dari pindahan Keraton Kartasura.
Benteng megah di tengah Kota Bengawan ini, sekarang tinggal seongok
bangunan yang tak berharga dan ditumbuhi rumput ilalang yang lebat.
Dalam konteks morfologi perkotaan, benteng itu memiliki peranan penting
yakni pusat hubungan Solo-Semarang. Kota Solo dalam periode XVIII-XIX,
sebagai pusat perdagangan dan ditandai perkembangan kota kolonial.
Uniknya, perkembangan ini tercipta dalam nuansa kekuasaan
tradisionalistik Kerajaan Kasunanan Surakarta. Sisa-sisa artefak yang
jadi bukti simbol perkotaan masih dapat ditemukan di sekitar benteng, di
antaranya Gereja St Antonius, bekas gedung Javasche Bank, kantor pos,
rumah Residen, jalan raya poros lurus Solo-Semarang, permukiman Eropa,
dan Societet Harmoni.
Tipologi kota kolonial identik ditengarai adanya sebuah benteng.
Belanda merias kota sejak era Kerajaan Kartasura. Waktu itu, urusan di
wilayah kekuasaan raja pribumi ikut menjadi perhatian Belanda, misalnya
keamanan, perniagaan, permukiman, tata kota dan kebijakan (stelsel). Di
utara benteng, dulu kala digunakan sebagai tempat mangkal kapal-kapal
dagang dari segala penjuru.
Wujud pengendalian, Belanda memfungsikan benteng ini untuk pengawasan
aktivitas orang pribumi dan nonpribumi (Arab, China, dan Eropa).
Pembatasan pembauran atau interaksi berbagai golongan penduduk di Solo
menjadi masalah vital Belanda. Dalam catatan De Graaf, tertulis bahwa
sebelum benteng Vastenberg berdiri, sudah ada benteng yang menjadi
sarana pengawasan dan tempat militer, yakni Benteng Grodenmodenheit.
Terbukti, sekitar tiga tahun lalu ditemukan meriam laras panjang oleh
penggali pipa di dekat Telkom.
Residen Belanda bermarkas di kawasan benteng, di bawah komandan
Gebernur Jenderal Belanda di Semarang. Pembentukan sumbu timur-barat
adalah wajah dari jalan raya Solo-Semarang. Tak pelak, semua persoalan
di Solo cepat terdengar di telinga Gebernur Jenderal di Semarang.
Contohnya, geger pecinan abad XVIII, yang diakibatkan orang-orang China
mengamuk yang akhirnya dapat teratasi dan dikejar sampai ke Jawa Timur.
Ini tak lain berkat adanya pengawasan dalam benteng.
Pemetaan atau desain kolonial cukup jelas di Kota Bengawan walau
dalam pengaruh kuat praja kejawen dari simbolisasi Kerajaan Jawa.
Sebagai pembuktian, infrastruktur transportasi rel kereta api jurusan
Wonogiri-Solo, di selatan benteng, mampu memotong konsep praja kejawen
yaitu pandangan spiritual raja dari atas Pergelaran ke arah lurus utara
Tugu Pemandengan.
Bila kita menyimak nilai-nilai historis Benteng Vastenberg,
sepertinya tak rela melihat benteng ini rapuh dan rusak. Coba kita
menyempatkan melongok ke dalam benteng, yang kita temukan hanyalah
puluhan kambing yang sibuk makan rerumputan. Memang ironis, hanya
benteng di Solo saja yang tergerus punah karena ulah tangan-tangan
jahil, padahal beberapa benteng peninggalan kolonial Belanda di kota
lain sudah menjadi aset wisata dan museum.
Sangiran adalah sebuah tempat atau situs manusia jaman purba. Pada
tahun 1936 seorang ahli paleoantropologi bernama Dr. Von Koenigswald
menemukan sekumpulan fosil mansuia purba lengkap di Sangiran ini. Fosil
tersebut diperkirakan berumur 1,5 juta tahun.
Selain fosil manusia purba tersebut, ditemukan pula peralatan yang
digunakan manusia purba pada masa itu seperti kapak batu dan lain-lain.
Di kemudian hari ditemukan pula fosil-fosil binatang purba.
Menurut penelitian Sangiran awalnya adalah sebuah bukit yang dikenal
dengan sebutan ”Kubah Sangiran”. Kubah itu kemudian tererosi pada bagian
puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi. Pada depresi itulah,
tersingkap lapisan-lapisan tanah secara alamiah. Dari sinilah para ahli
mendapatkan informasi yang sangat lengkap tentang kehidupan masa lampau
Sejak tahun 1977 Pemerintah telah menetapkan Sangiran sebagai kawasan
cagar budaya melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No 070/0/1977, tertanggal 5 Maret 1977. Komite World Heritage Unesco
juga menetapkan Sangiran sebagai kawasan warisan dunia atau World
heritage No. 593
Luas wilayah situs yang sudah mendapat pengakuan internasional ini,
kurang lebih 56 km2 yang mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen,
yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Kecamatan
Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.
DI sini juga terdapat sebuah Museum Purbakala Sangiran. Museum ini
memiliki kurang lebih 13.086 fosil tetapi yang dipamerkan hanya 2.931,
sisanya sebanyak 10.875 lagi masih disimpan di gudang. Untuk melihat
koleksi ini kita hanya perlu membayar Rp 1500, murah kan.
Sangiran yang terletak di kabupaten Sragen , bisa dicapai dengan
mudah dari Kota Solo. Hanya kurang lebih 17 KM arah utara atau jurusan
Purwodadi (Sumber!)
BACA JUGA ARTIKEL MENARIK
LAINNYA:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar