Obesitas kini menjadi masalah dunia, termasuk Indonesia. Seiring dengan
meningkatnya angka kegemukan, jumlah penderita penyakit seperti jantung
dan diabetes juga semakin tinggi. Salah satu cara untuk mencegah hal ini
adalah dengan pandai memilih minyak untuk dikonsumsi.
Data
menunjukkan bahwa penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian
tertinggi di dunia. Di Indonesia, persentase kematian dini akibat
penyakit tidak menular lebih tinggi dibanding persentase dunia. Posisi
pertama ditempati oleh kanker, kemudian secara berturut-turut diikuti
dengan diabetes, penyakit pernafasan kronik, dan penyakit jantung.
Salah satu faktor utama penyakit jantung koroner adalah obesitas. Penumpukan kolesterol dan lemak di dinding dalam arteri dapat menghambat aliran darah ke jantung, sehingga dapat timbul serangan jantung. Tak hanya itu, obesitas juga bisa memicu risiko stroke serta gagal ginjal dan hati.
Meningkatnya angka obesitas tak lain karena gaya hidup kita yang sudah berevolusi. Komputerisasi membuat kita tak perlu banyak bergerak karena semuanya serba praktis. Begitu pula dengan cara makan kita. Jika dulu kita hanya memakan makanan mentah, sekarang kita mengonsumsi makanan olahan dan kemasan.
Junk food yang kaya lemak jahat namun minim nutrisi sudah menjadi bagian dari konsumsi kita sehari-hari. Majalah Newsweek sampai membuat ulasan khusus mengenai obesitas sebagai epidemi terbaru dunia. 'Kita semakin banyak menyantap makanan 'sampah' namun semakin kurang berolahraga', begitulah judul sampulnya.
Hal ini disampaikan oleh dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc., Sp. GK pada acara 'Borges Olive Oil, Healthy Beauty Life' di La Piazza Jakarta, Rabu (16/5). Menurut Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi ini, kita semakin menggemuk dan 'menua'. Polusi dan stres, aktivitas fisik rendah, asupan makanan bertambah, serta radikal bebas meningkat membuat kita berisiko obesitas. "Adipositas sentral adalah akar masalahnya," ujarnya.
Adipositas sentral adalah kegemukan yang terjadi di bagian tengah tubuh, tepatnya di bagian pinggang. Lemak yang menumpuk di bagian perut bisa menyebabkan macam-macam penyakit, di antaranya penyakit jantung dan diabetes tipe 2. Hal ini banyak dialami oleh perempuan dengan bentuk tubuh seperti apel, yaitu lebih besar di bagian atas dibanding bagian pinggul ke bawah.
Bagaimana cara mencegahnya? "Kita harus mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat dengan mengatur berat badan, menyesuaikan profil lipid dan tekanan darah, serta mengendalikan inflamasi," jelas dr. Tirta. Salah satu langkah mudah yang dapat dijalankan adalah mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh tunggal, misalnya dari minyak kelapa sawit ke minyak zaitun.
Extra virgin olive oil dapat memperbaiki faktor risiko penyakit jantung koroner. Berdasarkan penelitian, diet mediterania yang banyak menggunakan minyak zaitun dapat menurunkan risiko diabetes mellitus dan penyakit jantung koroner.
Apa yang membuat minyak zaitun baik bagi kesehatan? Minyak zaitun, terutama yang murni seperti extra virgin olive oil, tinggi kandungan lemak tak jenuh tunggalnya, yaitu sekitar 73%. Selain itu, minyak ini juga kaya antioksidan terutama fenol sehingga bisa menurunkan proses peradangan.
Dr. Tirta memberikan tips agar kita mendapatkan manfaat optimal dari extra virgin olive oil. "Jangan memanaskan minyak zaitun jenis ini. Simpan di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung. Botolnya pun tidak boleh tembus cahaya serta harus tertutup rapat," kata dr. Tirta. Pasalnya, minyak tak jenuh punya masa simpan yang singkat dan mudah tengik karena oksidasi. Jika sudah begini, minyak zaitun jadi beracun dan terasa pahit.
Salah satu faktor utama penyakit jantung koroner adalah obesitas. Penumpukan kolesterol dan lemak di dinding dalam arteri dapat menghambat aliran darah ke jantung, sehingga dapat timbul serangan jantung. Tak hanya itu, obesitas juga bisa memicu risiko stroke serta gagal ginjal dan hati.
Meningkatnya angka obesitas tak lain karena gaya hidup kita yang sudah berevolusi. Komputerisasi membuat kita tak perlu banyak bergerak karena semuanya serba praktis. Begitu pula dengan cara makan kita. Jika dulu kita hanya memakan makanan mentah, sekarang kita mengonsumsi makanan olahan dan kemasan.
Junk food yang kaya lemak jahat namun minim nutrisi sudah menjadi bagian dari konsumsi kita sehari-hari. Majalah Newsweek sampai membuat ulasan khusus mengenai obesitas sebagai epidemi terbaru dunia. 'Kita semakin banyak menyantap makanan 'sampah' namun semakin kurang berolahraga', begitulah judul sampulnya.
Hal ini disampaikan oleh dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc., Sp. GK pada acara 'Borges Olive Oil, Healthy Beauty Life' di La Piazza Jakarta, Rabu (16/5). Menurut Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi ini, kita semakin menggemuk dan 'menua'. Polusi dan stres, aktivitas fisik rendah, asupan makanan bertambah, serta radikal bebas meningkat membuat kita berisiko obesitas. "Adipositas sentral adalah akar masalahnya," ujarnya.
Adipositas sentral adalah kegemukan yang terjadi di bagian tengah tubuh, tepatnya di bagian pinggang. Lemak yang menumpuk di bagian perut bisa menyebabkan macam-macam penyakit, di antaranya penyakit jantung dan diabetes tipe 2. Hal ini banyak dialami oleh perempuan dengan bentuk tubuh seperti apel, yaitu lebih besar di bagian atas dibanding bagian pinggul ke bawah.
Bagaimana cara mencegahnya? "Kita harus mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat dengan mengatur berat badan, menyesuaikan profil lipid dan tekanan darah, serta mengendalikan inflamasi," jelas dr. Tirta. Salah satu langkah mudah yang dapat dijalankan adalah mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh tunggal, misalnya dari minyak kelapa sawit ke minyak zaitun.
Extra virgin olive oil dapat memperbaiki faktor risiko penyakit jantung koroner. Berdasarkan penelitian, diet mediterania yang banyak menggunakan minyak zaitun dapat menurunkan risiko diabetes mellitus dan penyakit jantung koroner.
Apa yang membuat minyak zaitun baik bagi kesehatan? Minyak zaitun, terutama yang murni seperti extra virgin olive oil, tinggi kandungan lemak tak jenuh tunggalnya, yaitu sekitar 73%. Selain itu, minyak ini juga kaya antioksidan terutama fenol sehingga bisa menurunkan proses peradangan.
Dr. Tirta memberikan tips agar kita mendapatkan manfaat optimal dari extra virgin olive oil. "Jangan memanaskan minyak zaitun jenis ini. Simpan di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung. Botolnya pun tidak boleh tembus cahaya serta harus tertutup rapat," kata dr. Tirta. Pasalnya, minyak tak jenuh punya masa simpan yang singkat dan mudah tengik karena oksidasi. Jika sudah begini, minyak zaitun jadi beracun dan terasa pahit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar