Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha bin
Nun: “Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?” Musuh berada di belakang
kami sedang mengejar dan laut berada di depan kami yang tidak dapat
dilintasi tanpa sampan. Apa yang harus kami perbuat untuk menyelamatkan
diri dari kejaran Firaun dan kaumnya?”
Nabi Musa menjawab: “Janganlah kamu khuatir dan cemas, perjalanan
kami telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan
memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang
zalim itu.”
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung yang besar. Di antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum Bani Israil menuju ke tepi timurnya.
Setelah mereka sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan
selamat terlihatlah oleh mereka Firaun dan bala tenteranya menyusuri
jalan yang sudah terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali
rasa cemas dan takut mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi
Musa seolah-olah bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya.
Dalam pada itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah agar bertenang
menanti Firaun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena
takdir Allah telah mendahului bahwa mrk akan menjadi bala tentera yang
tenggelam.
Berkatalah
Firaun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka di
antara dua belah gunung air itu: “Lihat bagaimana lautan terbelah
menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk mengejar orang-orang yang
melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa mrk akan dpt melepaskan dari
kejaran dan hukumanku. Mrk tidak mengetahui bahwa perintahku berlaku dan
ditaati oleh laut, jgn lagi oleh manusia. Tidakkah ini semuanya
membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang harus disembah olehmu?”
Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya turunlah Firaun dan bala
tenteranya ke dasar laut yang sudah mengering itu melakukan
gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Israil yang sudah berada di
tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah yang telah ditakdirkan
terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Firaun dan bala tenteranya berada di
tengah-tengah lautan yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya,
tibalah perintah Allah dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi
jalur jalan yang terbuka di mana Firaun dengan sombongnya sedang
memimpin barisan tenteranya mengejar Musa dan Bani Israil. Terpendamlah
mrk hidup-hidup di dalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup Firaun
dan kaumnya untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi generasi-
akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk menyelamatkan
diri dari maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah Firaun:
“Aku percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Israil.
Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai salah
seorang muslim.”
Berfirmanlah Allah kepada Firaun yang sedang menghadapi
sakaratul-maut: “Baru sekarangkah engkau berkata beriman kepada Musa dan
berserah diri kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu dapat
menyelamatkan engkau dari maut? Baru sekarangkah engkau sedar dan
percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat, melakukan penindasan dan
kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan berbuat-sewenang-wenang, merosak
akhlak dan aqidah manusia-manusia yang berada di bawah kekuasaanmu.
Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan menjadi pengajaran bagi
orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh kasarmu
untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan
kekuasaan-Ku.”
Bani Israil pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan kematian
Firaun. Mereka masih terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan oleh
Firaun semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah manusia luar
biasa lain drpd yang lain dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan
dan tidak akan mati. Khayalan yang masih melekat pd fikiran mrk
menjadikan mereka tidak mahu percaya bahwa dengan tenggelamnya, Firaun
sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa Firaun mungkin masih hidup
namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh
mrk tentang Firaun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Firaun sebagai
orang biasa telah mati tenggelam akibat pembalasan Allah atas
perbuatannya, menentang kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan
menindaskan serta memperhambakan Bani Israil. Dan setelah melihat dengan
mata kepala sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya
terapung-apung di permukaan air, hilanglah segala tahayul mrk tentang
Firaun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Firaun yang terdampar di pantai
diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet hingga utuh sampai
sekarang, sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir. Dan foto foto yang
kami tampilkan adalah foto foto Istana yang begitu dibanggakan dan
ditinggalkan oleh Firaun dan para pembantunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar