Zhang Lang, pendiri jaringan restoran South Beauty, merupakan salah satu wanita terkaya China. Dia juga menjadi simbol pesatnya pertumbuhan ekonomi China.
Tak mengherankan jika berita terbaru menyebutkan ia akan meninggalkan kewarganegaraan China dan beralih menjadi warga negara asing yang cocok dengan pencariannya.
Meski belum jelas kewarganegaraan mana yang akan dipilih Zhang --China tidak memperbolehkan kewarganegaraan ganda--, pilihannya adalah beremigrasi ke luar negeri seperti tren orang kaya China.
Menurut artikel Hua Ti di Economic Observer yang dikutipBusiness Insider, dalam laporan Private Wealth Reportmenyebutkan, 27 persen pengusaha China dengan kekayaan lebih dari US$15,9 juta (sekitar Rp153 miliar) telah beremigrasi.
Sementara itu, sekitar 47 persen lainnya mengatakan akan mempertimbangkan hal tersebut. Alasan utama bagi pebisnis yang beremigrasi adalah demi pendidikan anak mereka, melindungi aset, dan mempersiapkan diri untuk pensiun.
Masyarakat China menyadari hal ini menjadi tren yang dramatis. Tahun lalu, dari 5.000 visa imigrasi investasi yang dikeluarkan Amerika, orang China menyumbang dua per tiga dari jumlah itu.
Tak diragukan lagi, fakta yang mencengangkan adalah lebih dari 70 persen orang kaya di China telah beremigrasi atau merencanakan emigrasi. Hal ini merupakan sesuatu yang tak normal, ketika 70 persen orang kaya di suatu negara ingin meninggalkan tempat di mana mereka lahir dan memupuk kekayaan.
Ketika dihubungkan dengan studi lain beberapa tahun lalu, yang mengatakan 80 persen kekayaan China adalah 20 persen dari tangan rakyat, maka mudah untuk membayangkan skala hilangnya kekayaan nasional China.
Terlepas dari kerugian kekayaan langsung, emigrasi besar-besaran juga akan mengguncang kepercayaan publik untuk prospek masa depan. Salah satu pilihan untuk memperbaiki hal tersebut adalah meningkatkan pelayanan publik, mempercepat proses penegakan hukum dan mengurangi korupsi secepat mungkin, sehingga menjadi negara yang menyenangkan bagi warga negaranya.
Tak mengherankan jika berita terbaru menyebutkan ia akan meninggalkan kewarganegaraan China dan beralih menjadi warga negara asing yang cocok dengan pencariannya.
Meski belum jelas kewarganegaraan mana yang akan dipilih Zhang --China tidak memperbolehkan kewarganegaraan ganda--, pilihannya adalah beremigrasi ke luar negeri seperti tren orang kaya China.
Menurut artikel Hua Ti di Economic Observer yang dikutipBusiness Insider, dalam laporan Private Wealth Reportmenyebutkan, 27 persen pengusaha China dengan kekayaan lebih dari US$15,9 juta (sekitar Rp153 miliar) telah beremigrasi.
Sementara itu, sekitar 47 persen lainnya mengatakan akan mempertimbangkan hal tersebut. Alasan utama bagi pebisnis yang beremigrasi adalah demi pendidikan anak mereka, melindungi aset, dan mempersiapkan diri untuk pensiun.
Masyarakat China menyadari hal ini menjadi tren yang dramatis. Tahun lalu, dari 5.000 visa imigrasi investasi yang dikeluarkan Amerika, orang China menyumbang dua per tiga dari jumlah itu.
Tak diragukan lagi, fakta yang mencengangkan adalah lebih dari 70 persen orang kaya di China telah beremigrasi atau merencanakan emigrasi. Hal ini merupakan sesuatu yang tak normal, ketika 70 persen orang kaya di suatu negara ingin meninggalkan tempat di mana mereka lahir dan memupuk kekayaan.
Ketika dihubungkan dengan studi lain beberapa tahun lalu, yang mengatakan 80 persen kekayaan China adalah 20 persen dari tangan rakyat, maka mudah untuk membayangkan skala hilangnya kekayaan nasional China.
Terlepas dari kerugian kekayaan langsung, emigrasi besar-besaran juga akan mengguncang kepercayaan publik untuk prospek masa depan. Salah satu pilihan untuk memperbaiki hal tersebut adalah meningkatkan pelayanan publik, mempercepat proses penegakan hukum dan mengurangi korupsi secepat mungkin, sehingga menjadi negara yang menyenangkan bagi warga negaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar