Tersebut lah sepasang suami istri yang
telah melewati 10 th masa pernikahannya. Mereka sepakat akan saling
memberikan hadiah yang paling diinginkan. Mereka menulis masing-masing
keinginannya di dalam sebuah amplop tertutup dan berjanji esok pagi akan
membuka amplop itu secara bergiliran.
Sang istri berujar, “hari ini yang akan dibuka adalah amplop papa lebih dahulu yaa..”. “Apakah tidak sebaiknya amplop mama saja, aku ingin tahu apa yang paling mama inginkan, setelah itu baru amplopku”, jawab sang suami. “Baiklah” ucap sang istri sambil mengangguk.
Ketika amplop istri dibuka oleh sang suami, tertulis lah sebuah kalimat di dalam surat itu “Aku menginginkan sebuah gelang berlian sebagai pengikat 10 th pernikahan kita, lalu temani aku ke salon,” .Dengan tersenyum sang suami pun berujar, “Baik lah mari kita cari gelang yang engkau inginkan itu,” jawab sang suami pada istrinya.
Ternyata mencari gelang berlian itu tidak
semudah yang dibayangkan sebelumnya. Sudah sepuluh toko yang
dikunjungi, tidak ditemukan satu pun gelang yang dinginkan oleh sang
istri. Setelah melewati sholat Dzhuhur dan Ashar di mesjid terdekat,
hari makin beranjak senja, meski pun kaki nya sudah sangat letih sang
suami tetap menemani istrinya berbelanja. Akhirnya gelang yang diidamkan
sang istri terbeli juga.
Tapi permintaan belum lah selesai
ditunaikan, setelah mendapatkan gelangnya, sang istri pun minta ditemani
ke salon. Bayangkan tiga jam dihabiskan di salon, sang Istri melakukan
sholat Maghrib pun di sana, sementara sang suami yg setia menantinya,
sholat di Mushola terdekat. Malam makin larut ketika mereka sampai di
rumah. Setelah mandi dan sholat Isya berjama’ah, kini giliran amplop
sang suami di buka oleh si istri. Betapa terkejutnya sang istri, amplop
itu hanya berisi kertas putih yang kosong.
Sang suami tersenyum memandang istrinya yang terbengong-bengong menatap kertas kosong.
Lalu suaminya berujar,
“Apa yang paling aku ingin kan sudah aku dapatkan, seorang istri sholehah sepertimu, telah engkau baktikan seluruh hidupmu untuk mengurus buah hati & rumah tangga kita serta mengurus diriku. Bahkan tidak sekali pun engkau meminta perhiasan dan memanjakan diri mu sendiri. Itu lah sebabnya aku dengan ikhlas menemani mu seharian ini dan membelikan gelang berlian sesuai permintaanmu. Sekarang.. aku minta engkau lah yang menulis di kertas kosong milikku.. apa yang engkau tulis akan menjadi hal yang paling ku ingin kan pula”
.Suara lembut suaminya menelusup ke
rongga hati sang istri, tak terasa hangat menetes bulir-bulir airmata
jatuh di pipi si istri.
Sang istri mengambil pulpen dan mulai
menulis di kertas kosong itu, tidak berapa lama diserahkannya kertas itu
pada sang suami. Dengan perlahan si suami membaca kata demi kata yang
tertulis, “ Aku ingin gelang berlian yang tadi engkau belikan untukku menjadi kado ulang tahun untuk mama (mertua)”.
Sang suami menatap bingung istrinya,
belum sempat ia bertanya mengapa, telunjuk lentik dan halus sang istri
sudah menyentuh bibirnya. Sambil tersenyum sang istri berujar,
“Akan ku berikan perhiasan terindah yang pernah ku miliki ini sebagai tanda terima kasih ku untuk mama tercinta, perempuan terhebat yang telah melahirkan dan membesarkan mu, seorang laki-laki hebat, suami yang sholeh dan mencintaiku apa adanya”.
Tidak kuasa mata sang suami membendung bulir-bulir airmata keharuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar