Seorang pria menggunakan Google Maps untuk menemukan jalan pulang setelah 23 tahun lamanya menjadi korban penculikan.
Lou Gang, asal China, diculik oleh seseorang saat ia sedang berjalan menuju taman kanak-kanak di Sichuan ketika ia masih berusia lima tahun. Lou lalu dipindahkan ke kota bagian tenggara Fujian, sejauh 2.000 kilometer dari tempat tinggalnya. Lebih dari 20 tahun ia dipaksa hidup dengan keluarga angkatnya dan ia ingin sekali pulang.
Luo mengatakan, meski dia diasuh oleh orang tua angkat yang sangat baik, namun ia selalu dihantui oleh kenangan masa kecil di kota kelahirannya. ”Setiap hari sebelum aku pergi tidur, aku memaksakan diri untuk mengingat kembali kehidupanku yang lama. Dengan begitu aku tidak akan melupakannya,” tutur Lou seperti yang dilaporkan Nhaidu.com.
Meski ia tidak ingat daerah dan kota tempat tinggalnya dulu, namun ada satu hal yang sangat dia ingat tentang kota kelahirannya, yaitu adanya dua jembatan.
Setelah mendapat bantuan dari ‘Baby Come Home‘, badan amal yang bergerak membantu menyatukan kembali anak-anak yang diculik kembali ke keluarga mereka, Luo mengambil kesempatan itu untuk memasang peta kasar berdasarkan ingatannya pada tempat di mana ia dibesarkan, dan upayanya ditemukan oleh seorang relawan tak lama kemudian.
Relawan memberitahu Luo bahwa ada sebuah keluarga di kota Guangan yang benar-benar kehilangan putra mereka 23 tahun yang lalu. Luo pun menggunakan bantuan Google Maps untuk melacak lingkungannya dari Street View, dimana ia melihat sepasang jembatan yang menyengat ke dalam memori nya lebih baik dari dua dekade lalu.
Berbekal informasi dan bantuan Google Maps, akhirnya ia berhasil mengenali daerah lamanya dan menemukan orang tuanya yang ternyata berada di daerah Yaojiaba, China. Kini Lou mulai mengenal keluarganya lagi. Namun, kepergian Lou telah meninggalkan rasa sakit yang begitu dalam bagi keluarga.
Ibunya, Dai Jianfang mengatakan,”Saya merasa patah hati. Aku tidak bisa makan atau tidur dan aku menangis setiap hari memikirkan anak saya yang hilang dan tidak memiliki cukup makanan dan pakaian di luar sana.”
Lou Gang, asal China, diculik oleh seseorang saat ia sedang berjalan menuju taman kanak-kanak di Sichuan ketika ia masih berusia lima tahun. Lou lalu dipindahkan ke kota bagian tenggara Fujian, sejauh 2.000 kilometer dari tempat tinggalnya. Lebih dari 20 tahun ia dipaksa hidup dengan keluarga angkatnya dan ia ingin sekali pulang.
Luo mengatakan, meski dia diasuh oleh orang tua angkat yang sangat baik, namun ia selalu dihantui oleh kenangan masa kecil di kota kelahirannya. ”Setiap hari sebelum aku pergi tidur, aku memaksakan diri untuk mengingat kembali kehidupanku yang lama. Dengan begitu aku tidak akan melupakannya,” tutur Lou seperti yang dilaporkan Nhaidu.com.
Meski ia tidak ingat daerah dan kota tempat tinggalnya dulu, namun ada satu hal yang sangat dia ingat tentang kota kelahirannya, yaitu adanya dua jembatan.
Setelah mendapat bantuan dari ‘Baby Come Home‘, badan amal yang bergerak membantu menyatukan kembali anak-anak yang diculik kembali ke keluarga mereka, Luo mengambil kesempatan itu untuk memasang peta kasar berdasarkan ingatannya pada tempat di mana ia dibesarkan, dan upayanya ditemukan oleh seorang relawan tak lama kemudian.
Relawan memberitahu Luo bahwa ada sebuah keluarga di kota Guangan yang benar-benar kehilangan putra mereka 23 tahun yang lalu. Luo pun menggunakan bantuan Google Maps untuk melacak lingkungannya dari Street View, dimana ia melihat sepasang jembatan yang menyengat ke dalam memori nya lebih baik dari dua dekade lalu.
Berbekal informasi dan bantuan Google Maps, akhirnya ia berhasil mengenali daerah lamanya dan menemukan orang tuanya yang ternyata berada di daerah Yaojiaba, China. Kini Lou mulai mengenal keluarganya lagi. Namun, kepergian Lou telah meninggalkan rasa sakit yang begitu dalam bagi keluarga.
Ibunya, Dai Jianfang mengatakan,”Saya merasa patah hati. Aku tidak bisa makan atau tidur dan aku menangis setiap hari memikirkan anak saya yang hilang dan tidak memiliki cukup makanan dan pakaian di luar sana.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar