Seorang
perokok memiliki risiko mengalami gangguan kesehatan Sell Carcinoma
Squamous (SCC), salah satu jenis masalah kesehatan kanker kulit
non-melanoma. Bahkan, risikonya meningkat dua kali lipat pada wanita yang
memiliki kebiasaan merokok sedikitnya 20 tahun.
Demikian
hasil studi Pusat Kanker Moffitt di Tampa, Florida, yang dipublikasikan di
Cancer Causes and Control Journal.
Dalam
studi tersebut, tim peneliti melibatkan 698 partisipan, yang terdiri dari
pasien dengan kanker kulit non-melanoma, dan yang tak memiliki gangguan
kulit sama sekali.
Mereka
meminta seluruh partisipan menjawab pertanyaan seputar riwayat merokok, mulai
dari sudah berapa lama merokok, sehari berapa batang, dan apakah pernah
merokok.
Hasil
analisis menunjukkan, wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami kanker
kulit jenis SCC dibandingkan pria. Semakin intens frekuensi merokoknya,
risikonya semakin meningkat. Risiko terbesar dialami wanita yang memiliki
kebiasaan merokok setiap hari selama 20 tahun atau lebih.
SCC
memiliki risiko besar menyebar dari satu organ ke organ lain, seperti ke wajah,
telingan, dan bibir. Bahkan, jika tak segera mendapat perawatan dapat menghancurkan
hidung dan telinga.
Dr
Dana Rollison, penulis utama studi, mengatakan, tidak jelas mengapa wanita
perokok memiliki risiko kanker kulit lebih besar. Namun hasil studi
menunjukkan, wanita memiliki kandungan senyawa penyebab kanker, dan rendahnya
tingkat enzim perbaikan DNA dibandingkan laki-laki.
"Studi
lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan lebih jauh tentang perbedaan efek
merokok berdasarkan jenis kelamin," ujarnya.
Menopause
Wanita
perokok berisiko mengalami menopause dini, setidaknya setahun lebih cepat
dibandingkan wanita bukan perokok. Wanita perokok umumnya menopause di rentang
usia 43-50 tahun. Sedangkan wanita bukan perokok cenderung menopause di rentang
usia 46-51 tahun.
Kesimpulan
didapat dari analisis sejumlah studi terdahulu yang melibatkan puluhan ribu
wanita termasuk hasil survei terhadap 6.000 wanita di Amerika Serikat,
Polandia, dan Turki.
Hasil
studi yang dipublikasikan di Jurnal Menopause itu tak berhenti pada ancaman
menopause dini. Sebab, menopause dini berkaitan dengan risiko tinggi
mengembangkan gangguan kesehatan seperti osteoporosis dan masalah jantung.
Jennie
Kline dari Mailman School of Public Health Universitas Kolombia, New York,
mengatakan bahwa merokok kemungkinan besar memengaruhi tubuh wanita dalam mengontrol
produksi estrogen. Rokok juga mengandung racun yang dapat merusak sel telur di
dalam ovarium. "Ini mungkin yang memengaruhi menopause," ujarnya
BACA JUGA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar