Sabtu, 13 Juli 2013

Rahasia Ilmiah di Balik Manfaat Puasa Ramadhan


Saat kita berpuasa, tentunya pola makan mengalami perubahan dibanding hari-hari biasa di luar bulan Ramadan. Alhasil, banyak perubahan terjadi pada tubuh. Mulai dari sistem pencernaan hingga otak.
Karena selama puasa ada pelepasan hormon yang mengganggu cara tubuh dalam perubahan makanan menjadi energi, maka mengakibatkan jumlah mitokondria dalam neuron otak (yang memberitahu sinyal lapar) akan meningkat.
Unik, puasa ternyata memberi beberapa manfaat misterius untuk otak. Sebuah studi yang dilakukan National Institute on Aging menunjukkan bahwa pengurangan selang waktu makanan dapat melindungi otak dari penyakit seperti Alzheimer dan Parkinson.
Peneliti menjelaskan, pembatasan diet dapat merangsang produksi neuron baru dari sel induk (neurogenesis) dan dapat meningkatkan plastisitas sinaptik, yang dapat meningkatkan kemampuan otak untuk melawan penuaan dan memulihkan cedera fungsi lanjutan.
Oleh karena itu, meningkatkan interval waktu antara waktu makan dapat bermanfaat bagi otak, bahkan ketika jumlah makanan meningkat dan tak ada penurunan asupan kalori.
Di sisi lain, tingkat gula darah yang rendah selama puasa dapat mengunci otak ke dalam tahapan tidur nyenyak. Puasa meningkatkan kualitas dan mengintensifkan kedalaman tidur. Hal ini akan berdampak baik karena proses perbaikan tubuh dan otak terjadi selama tidur.
Ini sebabnya dua jam tidur selama bulan Ramadan lebih memuaskan dan menyegarkan dibandingkan tidur dalam waktu biasanya.
Ilmuwan Israel
Banyak orang yang menghindari menyantap karbohidrat di malam hari. Namun, ilmuwan Israel yang terinspirasi dari puasa bulan Ramadhan memberikan saran yang berbeda.
Satu tim dari Hebrew University, Israel, mengungkap hasil penelitian setelah mempelajari diet atau pola makan warga Muslim selama bulan Ramadhan.
Dari hasil penelitian terhadap puluhan petugas kepolisian yang menjalani puasa Ramadhan atau melakukan diet penurunan berat badan, diketahui bahwa menyantap karbohidrat di malam hari justru menurunkan risiko diabetes dan serangan jantung.
''Ide ini muncul dari penelitian terhadap masyarakat Muslim selama Ramadhan ketika mereka puasa di siang hari dan makan karbohidrat di malam hari,'' ujar Profesor Zecharia Madar, kepala ilmuwan di Kementerian Pendidikan Israel.
Dia melakukan penelitian terhadap 78 petugas polisi. Setelah enam bulan, para peneliti mengungkapkan adanya tiga hormon yang muncul akibat diet itu, yaitu leptin yang merupakan hormon kenyang; ghrelin, hormon lapar, dan adiponectin, hormon yang mengaitkan antara obesitas, sindroma metabolisme, dan ketahanan insulin.
Mereka menyimpulkan pola makan selama bulan Ramadhan itu memicu perubahan positif dalam tatanan hormon mereka yang menjalani puasa Ramadhan. Diet itu akan menurunkan tingkat lapar yang pada akhirnya dapat menurunkan berat badan hingga lemak tubuh.
Mereka yang menjalani puasa juga dapat memperbaiki tingkat gula darah, kolesterol dalam darah, dan menurunkan peluang peradangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar