Sabtu, 02 Juni 2012

Inilah 9 Nama Tanaman Yang Diambil Jadi Nama Daerah

Mungkin kita sudah sangat sering mendengar daerah-daerah seperti kosambi, cihampelas, cilimus, dll. tapi mungkin juga sedikit yang menyadari bahwa nama-nama daerah tersebut berasal dari nama tanaman.
Kali ini saya akan sedikit sharing tentang pengetahuan mengenai beberapa tanaman yang namanya dijadikan nama daerah. 

1. Kosambi
image
Kesambi atau kosambi (Schleichera oleosa) adalah nama sejenis pohon daerah kering, kerabat rambutan dari suku Sapindaceae. Beberapa nama daerahnya, di antaranya kasambi (Sd.); kesambi, kusambi, sambi (Jw., Bal.);kasambhi (Md.); kusambi, usapi (Tim.); kasembi, kahembi (Sumba); kehabe(Sawu); kabahi (Solor); kalabai (Alor); kule, ule (Rote); bado (Mak.); ading(Bug.).
Nama-nama itu mirip dengan sebutannya di India, tanah asal tumbuhan ini, misalnya: kosam, kosumb, kusum, kussam, rusam, puvam. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai gum-lac tree, Indian lac tree, Malay lac tree, Macassar oil tree, Ceylon oak, dan lain-lain. Nama-nama itu merujuk pada hasil-hasil yang diperoleh dari pohon ini, seperti lak dan minyak Makassar.
Kayu kesambi, terutama kayu terasnya, padat, berat, dan sangat keras; berwarna merah muda hingga kelabu. Kayu ini ulet, kenyal, dan tahan terhadap perubahan kering dan basah berganti-ganti, sehingga di masa silam kerap dimanfaatkan sebagai jangkar perahu. Tidak mudah menyerpih, kayu kesambi sering dipakai membuat alu, silinder-silinder dalam penggilingan, dan perkakas rumah tangga umumnya. Mempunyai nilai energi yang tinggi hingga 20.800 kJ/kg, kayu ini disenangi sebagai kayu bakar dan bahan pembuatan arang.
Pepagan kesambi dimanfaatkan untuk menyamak kulit, mewarnai batik, mengelatkan nira agar tidak masam ketika difermentasi, serta untuk campuran lulur. Pepagan yang digerus halus dan dicampur minyak, digunakan sebagai obat kudis. Daunnya yang muda, mentah atau direbus, dimakan sebagai lalap. Buah kesambi yang telah masak dimakan segar, atau, mentahnya dijadikan asinan.
Bijinya, langsung atau setelah lebih dulu dipanggang sebentar, dikempa untuk mendapatkan minyaknya. Minyak kesambi ini (Jw., kecacil) mengandung sedikit asam sianida, dan digunakan untuk mengobati kudis dan luka-luka. Di Sulawesi Selatan, minyak kesambi ini dimasak dengan pelbagai rempah-rempah dan harum-haruman, dijadikan aneka minyak berkhasiat obat; termasuk di antaranya “minyak makassar” (Macassar oil) yang terkenal untuk merawat rambut. Bagian yang kental dari minyak dijadikan salep obat atau untuk menambal celah (memakal) perahu. Dahulu, minyak kesambi ini juga dijadikan minyak lampu, minyak makan dan bahan pembuat sabun.
Daun-daun, pucuk rerantingan, dan limbah biji (bungkil) sisa pengempaan dijadikan pakan ternak. Sementara itu dalam industri kehutanan, pohon kesambi merupakan salah satu pohon inang terpenting bagi kutu lak (Laccifer lacca). Lak dan syelak (shellac), resin lengket yang digunakan sebagai bahan pewarna, pengilat makanan, dan pernis, terutama dihasilkan oleh India. Di Indonesia, lak diproduksi oleh Perhutani di Probolinggo. 

2. Hampelas
image
Hampelas (bahasa Sunda dan bahasa Melayu) atau rampelas (bahasa Jawa) adalah tumbuhan dari keluarga Moraceae yang tingginya sampai 20 meter dengan gemang 50 cm, tumbuh di seluruh Indonesia, tersebar pada ketinggian kurang dari 1.300 m dpl.
Batang dari pohon hampelas berdiri tegak, bulat, dan mempunyai percabangan simpodial. Daunnnya tunggal, berseling, lonjong, tepi bergerigi. Daun hampelas teksturnya kasar dan jika kering bisa dijadikan sebagai ampelas untuk menghaluskan permukaan kayu. Bunganya mempunyai panjang 5-7 mm, berwarna hijau kecoklatan, dan kelopaknya berbentuk corong. Sedangkan bijinya berbentuk bulat dan berwarna putih.
Hampelas ada yang dibudidayakan karena kegunaan daunnya, ada juga yang tumbuh dengan sendirinya.
Cairan dari tumbuhan ini dapat diminum, berguna untuk pengobatan orang yang mengalami kesulitan mengeluarkan air kencing dan sebagai obat murus/mencret. Hampelas mengandung air, berwarna cokelat kekuningan dan rasanya pedas. Cairan ini dapat diperoleh dengan cara memotong akarnya. Daun, akar dan batang pohon hampelas mengandung saponin, flavonoida dan polifenol. 

3. Limus
image
Limus (sunda) atau Bacang adalah nama sejenis pohon buah yang masih sekerabat dengan mangga. Orang sering menyebut buahnya sebagai bacang,ambacang (Min.), embacang atau mangga bacang. Juga dikenal dengan aneka nama daerah seperti limus (Sd.), asam hambawang (Banjar), macangatau machang (Malaysia), maa chang, ma chae atau ma mut (Thailand), la mot(Myanmar) dll. Dalam bahasa Inggris disebut bachang atau horse mango, sementara nama ilmiahnya adalah Mangifera foetida Lour.
Bacang terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan dalam keadaan segar jika masak. Wanginya yang khas menjadikan buah ini digemari sebagai campuran minuman atau es, meski masih kalah kualitas jika dibandingkan dengan kuweni (Mangifera odorata).
Getah bacang yang gatal juga terdapat pada buahnya; akan tetapi jika masak, getah ini terbatas berada hanya pada kulitnya. Dengan demikian buah bacang perlu dikupas agak tebal, supaya getah itu tidak melukai mulut dan bibir dan menyebabkan bengkak-bengkak. Buah bacang yang muda biasanya direndam dalam air garam, sesudah dikupas dan dipotong-potong, agar dapat dijadikan rujak atau asinan. Di Kalimantan Timur, bacang juga kerap digunakan sebagai asam dalam membuat sambal.
Kayu bacang tidak begitu baik kualitasnya, namun kadang-kadang dimanfaatkan dalam konstruksi ringan di dalam rumah. Daunnya dapat digunakan sebagai penurun demam, dan bijinya untuk mengobati penyakit jamur, kudis dan eksim. Getahnya untuk memperdalam gambar tato tradisional. 


4. Bintaro
image

 Buah bintaro yang belum masak
Bintaro (Cerbera manghas) atau ada pula yang menyebutkan Cerbera odollam Gaertn adalah tumbuhan pantai atau paya berupa pohon dengan ketinggian dapat mencapai 12m. Dikenal di Pasifik dengan nama leva (Samoa),toto (Tonga), serta vasa. Pohon Bintaro juga disebut Pong-pong tree atau Indian suicide tree.
Dinamakan Cerbera karena bijinya dan semua bagian pohonnya mengandung racun yang disebut “cerberin” yaitu racun yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian. Getahnya sejak dulu dipakai sebagai racun panah/tulup untuk berburu. Racunnya dilaporkan dipakai untuk bunuh diri atau membunuh orang. Bahkan asap dari pembakaran kayunya dapat menyebabkan keracunan. Walaupun beracun, bijinya mengandung minyak yang cukup banyak (54,33%) dan berpotensi digunakan sebagai bahan baku biodiesel dengan melalui proses hidrolisis, ekstrasi dan destilasi. 


5. Lame
image
 Lame atau Pulai adalah nama pohon dengan nama botani Alstonia scholaris. pohon ini dari jenis tanaman keras yang hidup di pulau Jawa dan Sumatra. Dikenal juga dengan nama lokal pule, kayu gabus, lame, lamo dan jelutung.
kualitas kayunya tidak terlalu keras dan kurang disukai untuk bahan bangunan karena kayunya mudah melengkung jika lembab, tapi banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga dari kayu dan ukiran serta patung. Pohon ini banyak digunakan untuk penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun dan melebar ke samping sehingga memberikan kesejukan. Kulitnya digunakan untuk bahan baku obat. berkhasiat untuk mengobati penyakit radang tenggorokan dan lain-lain. Di Jawa Barat kayu lame sering digunakan untuk pembuatan wayang golek. 

6. Menteng atau Kapundung
image

Mentengkepundung, atau (ke)mundung (terutama Baccaurea racemosa(Reinw.) Muell. Arg.; juga B. javanica dan B. dulcis) adalah pohon penghasil buah dengan nama sama yang dapat dimakan. Sekilas buah menteng mirip dengan buah duku namun tajuk pohonnya berbeda. Rasa buahnya biasanya masam (kecut) meskipun ada pula yang manis.
Jenis ini dipelihara, terutama untuk hasil buahnya. Buah yang segar mungkin dapat lebih populer jika kultivar yang rasanya asam diganti dengan yang manis, dan jika dagingnya tidak menempel kepada bijinya (karenanya biji sering ditelan). Buahnya juga dimanfaatkan untuk setup; mungkin dijadikan asinan, atau difermentasi menjadi anggur. Sebagian besar jenis Baccaurea menghasilkan kayu yang baik sekali, merupakan produk utama berbagai jenis minor, walaupun untuk beberapa jenis buahnya dapat dimakan juga. Kayunya digunakan untuk bangunan rumah, perahu, dan mebel. Selain itu, sama halnya dengan pohon-pohon kauliflora lainnya, Baccaurea dianggap sebagai pohon perambat yang baik untuk rotan. Jenis-jenis yang dibudidayakan membentuk tajuk yang bagus dan dapat dimanfaatkan juga sebagai tanaman hias dan pohon pelindung. Kulit kayu beberapa jenisnya, dengan dicampur berbagai ramuan, digunakan untuk mewarnai sutra menjadi kuning, merah, atau lembayung muda, melalui proses pewarnaan yang dalam bahasa Melayu disebut ‘pekan’. Kulit kayu ini digunakan juga untuk mengobati mata bengkak. 

7. Kemang
image

buah kemang
Kemang adalah pohon buah sejenis mangga dengan bau yang harum menusuk dan rasa yang masam manis. Pohon ini berkerabat dekat dan seringkali dianggap sama dengan binjai. Akan tetapi beberapa pakar menyarankan untuk memisahkannya dalam jenis tersendiri, Mangifera kemanga. Kemang juga dikenal dengan nama lain seperti palong (bahasa Kutai, Kaltim).
Sebagaimana binjai, kemang terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan segar setelah buah itu masak atau dijadikan campuran es. Buah kemang juga biasa dijadikan sari buah. Buah kemang yang muda disukai untuk bahan rujak. Demikian pula bijinya, yang dalam keadaan segar diiris-iris dan dimakan setelah dibumbui serta ditambah kecap. Daun kemang yang masih muda (kuncup) digunakan untuk lalap dan kerap dihidangkan di rumah-makan Sunda. Sedangkan batangnya dapat dijadikan kayu untuk konstruksi ringan. 

8. Dadap
Dadap atau cangkring adalah sejenis pohon anggota suku Fabaceae (=Leguminosae). Tanaman yang kerap digunakan sebagai pagar hidup dan peneduh ini memiliki banyak sebutan yang lain. Di antaranya dadap ayam, dadap laut (Jw.; dadap blendung (Sd.); theutheuk (Md.); dalungdung (Bal.);deris (Timor); galala itam (Maluku) dan lain-lain.
Juga dapdap, andorogat (Fil.); th’ong banz (Laos (Sino-Tibetan)); thong baan, thong laang laai, thong phueak (Thai); penglay-kathit (Burma); Indian coral tree, variegated coral treetiger’s claw (Ingg.); arbre au corail, arbre immortel(Fr.) dan lain-lain.
imageDadap kerap dipakai sebagai pohon peneduh di kebun-kebun kopi dan kakao, atau pohon rambatan bagi tanaman lada, sirih, panili, atau umbi gadung. Juga baik digunakan sebagai tiang-tiang pagar hidup.[4] Di wilayah Pasifik, dadap dimanfaatkan sebagai penahan angin. Tanaman ini menghasilkan kayu ringan (BJ 0,2-0,3), lunak dan berwarna putih, yang baik untuk membuat pelampung, peti-peti pengemas, pigura, dan mainan anak. Kayunya juga merupakan bahan pulp, namun kurang baik digunakan sebagai kayu api karena banyak berasap.
Daun-daun dadap yang muda dapat digunakan sebagai sayuran. Daun-daun ini berkhasiat membanyakkan susu ibu, membuat tidur lebih nyenyak, dan bersama dengan bunganya untuk melancarkan haid. Cairan sari daun yang dicampur madu diminum untuk mengobati cacingan; sari daun dadap yang dicampur minyak jarak (kasteroli) digunakan untuk menyembuhkan disentri. Daun dadap yang dipanaskan digunakan sebagai tapal untuk meringankan rematik. Pepagan (kulit batang) dadap memiliki khasiat sebagai pencahar, peluruh kencing dan pengencer dahak. Memiliki kandungan protein (dan nitrogen) yang tinggi, daun-daun dadap juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau untuk pupuk hijau. Sebatang pohon dadap yang berukuran sedang, yang dipangkas 3-4 kali setahun, dapat menghasilkan 15-50 kg hijauan pakan ternak dalam setahunnya. Sejauh ini, daun-daun dadap diketahui tidak bersifat racun (toksik) bagi ternak ruminansia.Perakaran dadap bersimbiosis dengan bakteri Bradyrhizobium mengikat nitrogen dari udara, dan meningkatkan kesuburan tanah. 


9. Gadung
image
Gadung (Dioscorea hispida Dennst., suku gadung-gadungan atau Dioscoreaceae) tergolong tanaman umbi-umbian yang cukup populer walaupun kurang mendapat perhatian. Gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan, namun mengandung racun yang dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila kurang benar pengolahannya. Produk gadung yang paling dikenal adalah dalam bentuk keripik meskipun rebusan gadung juga dapat dimakan. Umbinya dapat pula dijadikan arak (difermentasi) sehingga di Malaysia dikenal pula sebagai ubi arak, selain taring pelandok.
Umbi gadung dikenal sangat beracun. Umbi ini digunakan sebagai racun ikan atau mata panah. Sepotong umbi sebesar apel cukup untuk membunuh seorang pria dalam waktu 6 jam. Efek pertama berupa rasa tidak nyaman di tenggorokan, yang berangsur menjadi rasa terbakar, diikuti oleh pusing, muntah darah, rasa tercekik, mengantuk dan kelelahan.[2]
Meski demikian di Indonesia dan Cina, parutan umbi gadung ini digunakan untuk mengobati penyakit kusta tahap awal, kutil, kapalan dan mata ikan. Bersama dengan gadung cina (Smilax china L.), umbi gadung dipakai untuk mengobati luka-luka akibat sifilis. Di Thailand, irisan dari umbi gadung dioleskan untuk mengurangi kejang perut dan kolik, dan untuk menghilangkan nanah dari luka-luka. Di Filipina dan Cina, umbi ini digunakan untuk meringankan arthritis dan rematik, dan untuk membersihkan luka binatang yang dipenuhi belatung.
Mungkin hanya baru ini saja yang dapat saya share untuk kali ini, tapi dari pengetahuan tadi kita dapat mengambil pelajaran bahwa nenek moyang kita dulu banyak menamai daerah di Indonesia ini dengan nama tanaman mungkin memiliki pesan kepada kita sebagai generasi sesudahnya agar senantiasa dapat menjaga dan melestarikan tanaman-tanaman tersebut dan dapat memanfaatkannya dengan maksimal. Namun sayang banyak dari kita sekarang yang tidak peduli akan hal tersebut, sehingga kita hanya bisa menjadi penonton sementara bangsa lain memanfaatkan kekayaan flora kita.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat memotivasi kita semua untuk lebih mengenal diri kita dan memaksimalkan potensi yang ada padanya (http://duniatehnikku.wordpress.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar